TULISAN 1
Konsep Sehat
Konsep sehat itu terdiri dari 5 dimensi yaitu fisik, emosi, sosial,
spiritual, dan intelektual.
1.
Kesehatan fisik adalah suatu keadaan dimana
bentuk fisik dan fungsinya tidak ada gangguan sehingga memungkinkan
perkembangan psikologis dan sosial dapat melakukan kegiatan sehari-hari dalam
kondisi yang baik atau optimal.
Contoh nya : bebas dari penyakit.
2.
Kesehatan emosi adalah suatu kondisi dimana
seseorang mengalami reaksi tubuh dalam menghadapi situasi tertentu.
Contoh nya : seseorang yang tidak dapat menahan emosi nya ketika dia
mendengar suatu berita tentang diri nya dia tidak dapat menahan diri.
3.
Kesehatan sosial adalah suatu keadaan dimana
seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sekitarnya,
sehingga mampu untuk hidup bersama dengan masyarakat lingkungannya.
Contoh nya : seorang tetangga baru bisa dengan mudah nya berinteraksi
dengan tetangga atau penduduk lama.
4.
Kesehatan spiritual adalah kesehatan yang
berkaitan dengan hubungan kita dengan sang pencipta
Contoh nya : kita sadar untuk sholat 5 waktu.
5.
Kesehatan intelektual adalah suatu dimana
seseorang mampu mengendalikan kecerdasannya untuk berfikir, berfikir baik
maupun buruk.
Contoh nya : seseorang yang dapat berfikir dalam mencari jalan keluar
suatu masalah.
Sejarah kesehatan mental
Perkembangan
kesehatan mental dipengaruhi oleh dua tokoh, yaitu Dorothea Lynde Dix dan
Clifford Whittingham Beers. Kedua tokoh ini banyak mendedikasikan hidupnya
dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin
dan lemah. Dorthea Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal dunia pada
tanggal 17 Juli 1887. Ia adalah seorang guru di Massachussets, yang menaruh
perhatian terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental. Sebagian
perintis (pioneer), selama 40 tahun Ia berjuang untuk memberikan pertolongan
terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental agar dapat diperlakukan
secara lebih manusiawi.
Pendekatan
Kesehatan Mental
Ada 3 pendekatan dalam
kesehatan mental, yaitu:
1.
Orientasi
Klasik
Orientasi
klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan
sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Pengertian sehat
mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks
psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata
‘sehat’.
2.
Orientasi
Penyesuaian Diri
Dengan
menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat
dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya
dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak
dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya
semata
Berdasarkan
orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi
kepribadian seseorang secara keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental
seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses
pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya.
3.
Orientasi Pengembangan Potensi
Seseorang
dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan
untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh
orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata
yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang
bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan
kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan.
Sehingga
dapat dikatakan bahwa tujuan kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan
mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta
memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya
tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan
sekaligus.
TULISAN 2
TEORI KEPRIBADIAN SEHAT
2.1
Aliran Psikoanalisa
Psikoanalisis merupakan suatu bentuk kepribadian.
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Sigmun Freud (1856-1938). Teori
psikologi Freud didasari pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu
energi psikis yang sangat dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong individu
untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada
fungsi psikis yang berbeda yaitu: Id, Ego dan Super Ego.
·
Id merupakan bagian palung primitif dalam
kepribadian, dan dari sinilah nanti ego dan Super Ego berkembang. Dorongan
dalam Id selalu ingin dipuaskan dan menghindari yang tidak menyenangkan.
·
Ego merupakan bagian “eksekutif” dari
kepribadian, ia berfungsi secara rasional berdasakan prinsip kenyataan.
Berusaha memenuhi kebutuhan Id secara realistis,yaitu dimana Ego berfungsi
untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan
kenyataan.
·
Super Ego merupakan gambaran internalisasi nilai
moral masyarakat yang diajarkan orang tua dan lingkungan seseorang. Pada
dasarnya Super Ego merupakan hati nurani seseorang dimana berfungsi sebagai
penilai apakah sesuatu itu benar atau salah. Karena itu Super Ego berorientasi
pada kesempurnaan.
2.2
Aliran Behavioristik
Teori Behaviorisme pertama kali diperkenalkan oleh
John B. Watson (1879-1958). Menurut penganut aliran ini perilaku selalu dimulai
dengan adanya rangsangan yaitu berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi
berupa respons terhadap rangsangan itu. Salah satu penganut Watson adalah B.F.
Skinner. Aliran ini memandang manusia seperti mesin yang dapat dikendalikan
perilakunya lewat suatu pengkondisian. Ini menganggap manusia yang meberikan
respon positif yang berasal dari luar. Dalam aliran ini manusia di anggap tidak
memiliki sikap diri sendiri.
Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting:
1. Menekankan pada respon-respon
yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak
dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat
bawaan.
Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan
alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak
tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
2.3
Aliran Humanistik
Kepribadian
yang sehat menurut Behavioristik:
1. Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan
lingkungannya
2. Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh
pengalaman
3. Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak
memiliki sikap dengan bawaan sendiri
4.Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan
metode yang obyektif
TULISAN 3
PENYESUAIAN DIRI DAN
PERTUMBUHAN PERSONAL
3.1
Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri dikenal dengan istilah adjustment
atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat
ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi
(adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity),
dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery).
3.2
Pertumbuhan Personal
Manusia merupakan makhluk individu. Manusia
disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan
dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain.
Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan
karakter atau kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang sangat
panjang dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya
tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat mempengaruhi
pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang
paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu adalah faktor genetik dan faktor
eksternal / lingkungan.
TULISAN 4
STRES
4.1
Arti Penting Stres
4.1.1
Pengertian Stres
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis,
emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian
seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan
gangguan-gangguan mental.
4.1.2
Efek-efek Stres
Akibat yang ditimbulkan oleh stres:
-
Sakit kepala
-
Obesitas
-
Kerusakan gigi dan ketegangan di rahang
-
Berkurangnya gairah seksual
-
Stroke, hipertensi, diabetes
-
Ketegangan otot
-
Sakit saluran pencernaan, sakit perut, diare.
4.1.3
General Adaptation Syndrom
Menurut Hans Selye membagi stress membagi stress dalam 3 tingkatan:
a.
Eustress
b.
Disstres
c.
Optimal Stress atau Neustress
4.1.4
Penyebab Stres (Faktor Individual &
Sosial)
Group stressors, kurangnya dukungan sosial, serta
adanya konflik intraindividu, interpersonal, dan intergrup. Individual
stressors, terdiri dari konflik dan ketidakjelasan peran, serta daya tahan
psikologis.
4.2
Tipe Stres Psikologis
a.
Tekanan: Tekanan bisa timbul dari dalam dan
luar diri kita, terkadang tekanan lebih sering timbul dari luar diri yaitu
lingkungan.
b.
Frustasi: Fustasi timbul karena merasa
gagal dan tidak dapat mencapai suatu yang diinginkan.
c.
Konflik: Konflik adalah suatu proses sosial
antara dua orang atau dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
d.
Kecemasan: Ditandai dengan kekhawatiran,
kurang percaya diri, kegelisahan yang dapat mengganggu kinerja fisiologis
tubuh.
4.3
Symptom – Reducing Respon Terhadap Stres
4.3.1
Mekanisme Pertahanan Diri
a.
Represi
b.
Regresi
c.
Proyeksi
d.
Sublimasi
e.
Pembentukan reaksi
f.
Displacement
g.
Fiksasi
h.
Rasionalisasi
4.3.2
Strategi Coping untuk Stres
Strategi coping dapat diartikan sebuah cara atau
perilaku individu untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Macam coping menurut
Santrock (1996):
a.
strategi pendekatan (approach strategy)
b.
strategi menghindar (avoidance strategy)
Bentuk-bentuk strategi coping yaitu :
a.
Problem focused coping-PFC yaitu strategi
kognitif yang digunakan individu dalam rangka menangani masalahnya.
b.
Emotion focused coping-EFC yaitu strategi
penanganan stress dimana individu memberikan respon terhadap situasi
stress dengan cara emosional.
4.4
Pendekatan Problem Solving Terhadap Stres
Cara untuk mengatasi stres, diantaranya adalah:
-
Belajar mengatakan “tidak”.
-
Hindari orang-orang yang membuat anda stres.
-
Kendalikan lingkungan.
-
Menganalisis jadwal.
-
Ekspresikan perasaan anda.
-
Dukungan dari orang terdekat.
TULISAN 5
Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah hubungan antara
individu satu dengan individu lain yang melandasi komunikasi interpersonal yang
dilakukan. Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi,
kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar
hubungan interpersonalnya.
Manusia merupakan makhluk sosial, karena itu
kehidupan manusia selalu ditandai dengan pergaulan antar manusia.
Model-model Hubungan Interpersonal
Model-model Hubungan Interpersonal:
1.
Model Pertukaran Sosial
Thibault
dan Kelley, dua orang pemuka uatama dari model ini, menyimpulkan model
pertukaran sosial sebagai berikut, “asumsim dasar yang mendasari seluruh
analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal
dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau
dari segi ganjaran dan biaya.
2.
Hubungan Peran
Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap
individu bertindak sesuai dengan ekspedisi peranan dan tuntutan peranan,
memiliki keterampilan peranan, dan terhindari dari konflik peranan dan
kerancuan peranan. Ekspektasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas, dan
hal yang berkaitan dengan posisi tertentu dalam kelompok.
TULISAN 6
Cinta dan Perkawinan
A.
Deskripsi cinta dan perkawinan
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang
kuat dan ketertarikan pribadi. Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang
kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri.
Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia sejahtera dan kekal
selamanya.
B.
Bagaimana memilih pasangan?
Beranikah kita menyerahkan pilihan kita kepada orang
yang lebih tahu luar dan dalam serta pengalaman hidup yang cukup ? berusaha
menjadikan kita pantas mendapatkan pasangan yang memang cocok dengan pengertian
orang baik akan bertemu orang baik itu cocok dan yang jelek hatinya akan
bertemu dengan yang jelek juga. Serahkan kepada tuhan dan berusaha taat dan
memantaskan diri sendiri. Menjadi orang yang dekat kepada tuhan akan menjadikan
diri kita beruntung.
C.
Seluk
beluk Hubungan dalam Perkawinan
Pendapat Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang
psikoterapis dan juga marriage and relationship educator and
coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan
perkawinan
Tahap pertama : Romantic
Love.
Tahap kedua : Dissapointment
or Distress.
Tahap ketiga : Knowledge
and Awareness.
Tahap keempat: Transformation.
Tahap kelima: Real
Love.
D.
Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Hirning dan Hirning (1956) mengatakan bahwa
penyesuaian perkawinan itu lebih kompleks dibandingkan yang terlihat. Dua
orang memasuki perkawinan harus menyesuaikan satu sama lain dengan
tingkatan yang berbeda-beda. Untuk tingkat organismik mereka harus
menyesuaikan diri dengan sensori, motor, emosional dan kapasitas
intelektual dan kebutuhan.
E.
Perceraian dan Pernikahan Kembali
Pernikahan
bukanlah akhir kisah indah bak dongeng cinderella, namun dalam perjalanannya,
pernikahan justru banyak menemui masalah. Menikah Kembali setelah perceraian
mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan
mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan
sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami.
Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang
berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu
untuk mengambil keputusan.
F.
Single Life
Ada
banyak alasan untuk tetap melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup,
kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang
cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan
lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk
menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti
karir juga ikut berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah.
Keputusan untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan.
Itulah sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup
melajang.