Rabu, 27 Maret 2013

Tulisan 3 : Penyesuaian Diri, Pertumbuhan dan Pertumbuhan Personal

Pertumbuhan Personal
Terjadinya perubahan pada seseorang secara tahap demi tahap karena pengaruh baik dari pengalamaan atau empire luar melalui panca indra yang menimbulkan pengalaman dalam mengenai keadaan batin sendiri yang menimbulkan reflexions.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan individu, yaitu:
1. Faktor Biologis
Semua manusia normal dan sehat pasti memiliki anggota tubuh yang utuh seperti kepala, tangan , kaki dan lainya. Hal ini dapat menjelaskan bahwa beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku. Namun ada warisan biologis yang bersifat khusus. Artinya, setiap individu tidak semua ada yang memiliki karakteristik fisik yang sama.
2. Faktor Geografis
Setiap lingkungan fisik yang baik akan membawa kebaikan pula pada penghuninya. Sehingga menyebabkan hubungan antar individu bisa berjalan dengan baik dan mencimbulkan kepribadian setiap individu yang baik juga. Namun jika lingkungan fisiknya kurang baik dan tidak adanya hubungan baik dengan individu yang lain, maka akan tercipta suatu keadaan yang tidak baik pula.
3. Faktor Kebudayaan Khusus
Perbedaan kebuadayaan dapat mempengaruhi kepribadian anggotanya. Namun, tidak berarti semua individu yang ada didalam masyarakat yang memiliki kebudayaan yang sama juga memiliki kepribadian yang sama juga.
Dari semua faktor-faktor  di atas dan pengaruh dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan masyarakat maka akan memberikan pertumbuhan bagi suatu individu. Seiring berjalannya waktu, maka terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.

Psikologi gestalt  
pertumbuhan adalah proses  perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal sesuatu secara keseluruhan, baru kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada.

Aliran sosiologi
Pertumbuhan adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat yang semula asosial maupun sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan.
Pertumbuhan individu sangat penting untuk dijaga dari sejak lahir agar bisa tumbuh menjadi individu yang baik dan berguna untuk sesamanya.

Daftar Pustaka
Sunarto & Hartono, B. Agung. (1995). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta Wahjosumidjo.
Fatimah, N. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung : Pusaka Setia.

Tulisan 3 : Penyesuaian Diri, Pertumbuhan dan Pertumbuhan Personal

Penyesuaian Diri

Menurut Kartono (2000), penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga permusuhan, kemarahan, depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis. Hariyadi, dkk (2003) menyatakan penyesuaian diri adalah kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau dapat pula mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri. Ali dan Asrori (2005) juga menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada. Sebelumnya Scheneiders (dalam Yusuf, 2004), juga menjelaskan penyesuaian diri sebagai suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi dan konflik secara sukses serta menghasilkan hubungan yang harmonis antara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup. Hurlock (dalam Gunarsa, 2003) memberikan perumusan tentang penyesuaian diri secara lebih umum, yaitu bilamana seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap orang lain secara umum ataupun terhadap kelompoknya, dan ia memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang menyenangkan berarti ia diterima oleh kelompok atau lingkungannya. Dengan perkataan lain, orang itu mampu menyesuaikan sendiri dengan baik terhadap lingkungannya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah proses mengubah diri sesuai dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi dan konflik sehingga tercapainya keharmonisan pada diri sendiri serta lingkungannya dan akhirnya dapat diterima oleh kelompok dan lingkungannya.

Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri
Menurut Sunarto dan Hartono (1995) terdapat bentuk-bentuk dari penyesuaian diri, yaitu:
Penyesuaian diri positif ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
- Tidak adanya ketegangan emosional.
- Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis.
- Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi.
- Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri.
- Mampu dalam belajar.
- Menghargai pengalaman.
- Bersikap realistik dan objektif.


Pertumbuhan
Manusia  merupakan makhluk individu. Manusia itu disebut individu apabila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang.
Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal itu membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor yang mempengaruhinya terutama lingkungan keluarga. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih banyak meluangkan waktu dengan keluarga. Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat pun terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan individu.
Dengan adanya  naluri yang dimiliki suatu individu, dimana ketika dapat melihat lingkungan di sekitarnya maka secara tidak langsung maka individu akan menilai hal-hal di sekitarnya apakah  hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu individu berada di dalam  masyarakat yang memiliki suatu  norma-norma yang berlaku maka ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh dalam kepribadian, misalnya suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang disiplin yang menerapkan aturan-aturan yang tegas maka lama-kelamaan pasti akan mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang disiplin, begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu individu berada di lingkup keluarga yang religius maka individu tersebut akan terbawa menjadi pribadi yang religius.

Tulisan 2 : Teori Kepribadian Sehat

1. Aliran Psikoanalitik
Aliran ini dikenal dengan tokoh yang mempeloporinya yaitu Sigmund Freud dengan pandangan bahwa manusia adalah produk evolusi yang terjadi secara kebetulan dan merupakan makhluk biologis. Psikoanalisis merupakan satu sistem dinamis dari psikologi yang mencari akar tingkah laku manusia didalam dorongan dan konflik yang tidak disadari. Freud selanjutnya memandang bahwa tingkah laku manusia itu terjadi karena interaksi antara tiga alat dalam personaliti, yang disebut dengan id, ego, dan super ego.

a.            Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera. Contoh : kebutuhan untuk makan bayi mendorongnya untuk mengisap ASI dan memperoleh kelegaan.
b.            Ego berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia.Contoh : Bayi tidak akan mendapatkan ASI atau pelukan ibunya hanya dengan berharap,melainkan dia harus menangis.Dan bayi belajar untuk menangis lebih keras untuk memanggil ibunya saat sedang repot.
c.            Superego, berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral.Superego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah.

2. Aliran Behavioristik
Aliran ini berpendapat bahwa kesehatan mental adalah kesanggupan seseorang untuk memperoleh kebiasaan yang sesuai dan dinamik yang dapat menolongnya berintegrasi dengan lingkungan, dan menghadapi suasana-suasana yang memperlukan pengambilan keputusan. Dengan kata lain orang yang sehat mentalnya adalah orang yang mampu ber-adjusment secara baik dan dinamis dengan lingkungan dimana ia berada.
Sebagaimana telah kita ketahui, Skinner tidak menerima gagasan mengenai kepribadian (personality) atau diri (self) sebagai pendorong atau pengarah tingkah laku. Skinner menyebutkan gagasan semacam itu sebagai sisa dari animisme primitive.  Dari perspektif bahaviorisme Skinner, studi tentang kepribadian melibatkan pengujian yang sistematis dan pasti atas sejarah hidup atau pengalaman belajar dan latar belakang genetik atau faktor bawaan yang khas dari individu. Menurut Skinner individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah laku melalui belajar. Selanjutnya bagi Skinner studi tentang kepribadian itu ditujukan kepada penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya. 
Perkembangan Kepribadian Behavioristik
Sebagian besar teori Skinner adalah tentang perubahan tingkah laku, belajar, dan modifikasi tingkah laku, karena itu dapat dikatakan bahwa teorinya yang paling relevan dengan perkembangan kepribadian. Bersama dengan banyak teoritikus, Skinner yakin bahwa pemahaman tentang kepribadian akan tumbuh dari tinjauan tentang perkembangan tingkah laku manusia dalam interaksinya yang terus menerus dengan lingkungan. Konsep kunci dalam sistem Skinner adalah prinsip perkuatan, maka pandangan Skinner seringkali disebut teori perkuatan operan.
Konsep perkembangan kepribadian dalam pengertian menuju kemasakan, realisasi diri, transendensi dan unitas kepribadian tidak diterima Skinner. Memang ada kemasakan fisik, yang membuat orang menjadi berubah, lebih peka dalam menerima stimulus dan lebih tangkas dan tanggap dalam merespon. Urutan kemasakan fungsi fisik yang bersifat universal sesungguhnya memungkinkan penyusunan periodesasi perkembangan kepribadian, namun tidak dilakukan Skinner karena dia memandang pengaruh eksternal lebih dominan dalam membentuk tingkah laku.  Peran lingkungan yang dominan dalam perkembangan oraganisme, digambarkan secara ekstrim oleh Watson sebagai pakar behavioris. (Alwisol,2005:413-414)
Keistimewaan kelompok respon ini menyebabkan Skinner memakai istilah “operan”. Operan adalah respon yang beroperasi pada lingkungan dan mengubahnya. Perubahan dalam lingkungan selanjutnya mempengaruhi terjadinya respon tersebut pada kesempatan berikutnya. Skinner menyatakan dengan penuh keyakinan bahwa kepribadian tidak lain adalah kumpulan pola tingkah laku, Skinner yakin kita dapat memprediksikan, mengontrol, dan menjelaskan perkembangan-perkembangan ini dengan melihat bagaimana prinsip perkuatan mampu menjelaskan tingkah laku individu pada saat ini sebagai akibat dari perkuatan tahap respon-responnya dimasa lalu. Jadwal perkuatan juga dapat dibentuk dengan mengabaikan faktor waktu dan banyaknya hadiah yang diperoleh itu semata-mata tergantung pada tingkah lakunya sendiri. (Ferster dan Skinner,1957; Skinner,1969).
Skinner yakin bahwa pemerkuat-pemerkuat terkondisi atau pemerkuat-pemerkuat sekunder sangat penting untuk mengontrol tingkah laku manusia. Perkuatan terkondisi merupakan suatu konsep eksplanatorik atau penjelasan yang sangat bisa diandalkan. Jadi, pengertian tentang perkuatan terkondisi adalah penting dalam sistem Skinner, dan seperti akan kita liat bahwa Skinner menggunakannya secara efektif untuk menjelaskan dipertahankan atau terpelihara banyak respon yang terjadi sebagai bagian dari tingkah laku sosial kita.

3. Aliran Humanistik
Aliran ini berpendapat bahwa pengkajian terhadap manusia harus didekati dari sudut kemanusiaannya. Manusia dilengkapi dengan berbagai potensi yang bebas dipergunakan menurut kemauannya. Oleh karena itu kesehatan mental, menurut aliran ini, adalah kesadaran manusia terhadap potensi-potensi kebebasannya untuk mencapai apa yang ia kehendaki dengan cara yang dipilihnya. Contoh nya orang yang sehat mentalnya menurut aliran ini adalah orang yang sabar akan yang dimilikinya, kemudian secara bebas ia dapat mengembangkan sesuai dengan kehendaknya.

Daftar Pustaka
Alwisol. 2005. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press.
Syamsu, Juntika. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
http://www.forumbebas.com/post-723551.html. diakses pada tanggal 15 Maret 2012 

Tulisan 1 : Konsep Sehat, Sejarah Perkembangan dan Pendekatan Kesehatan Mental

Konsep Sehat

Apakah kalian tau sehat itu apa?  Sehat dapat diartikan dengan banyak macam arti baik dari fisik, emosi, sosial, mental, jasmani ataupun spiritual. Sehat adalah kondisi normal seseorang yang merupakan hak hidupnya, sehat juga berhubungan dengan hukum alam yang mengatur tubuh, jiwa, dan lingkungan berupa udara segar, sinar matahari, diet seimbang, bekerja, istirahat, tidur, santai, kebersihan serta pikiran, kebiasaan dan gaya hidup yang baik. Meskipun terdapat banyak pengertian atau definisi, konsep sehat adalah tidak standart atau baku serta tiadak dapat diterima secara mutlak dan umum. Apa yang dianggap normal oleh seseorang tersebut masih mungkin di nilai abnormal oleh orang lain, dan masing-masing orang, kelompok, atau masyarakatpun memiliki patokan dalam mengartikan arti dari sehat tersebut.
Sesuai dengan pengertian sehat di atas, di simpulkan bahwa konsep sehat itu terdiri dari 5 dimensi yaitu fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. 1.    Kesehatan fisik adalah suatu keadaan dimana bentuk fisik dan fungsinya tidak ada gangguan sehingga memungkinkan perkembangan psikologis dan sosial dapat melakukan kegiatan sehari-hari dalam kondisi yang baik atau optimal.

contoh nya : bebas dari penyakit.
2.    Kesehatan emosi adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami reaksi tubuh dalam menghadapi situasi tertentu.


contoh nya : seseorang yang tidak dapat menahan emosi nya ketika dia mendengar suatu berita tentang diri nya dia tidak dapat menahan diri.
3.    Kesehatan sosial adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sekitarnya, sehingga mampu untuk hidup bersama dengan masyarakat lingkungannya.


contoh nya : seorang tetangga baru bisa dengan mudah nya berinteraksi dengan tetangga atau penduduk lama.
4.    Kesehatan spiritual adalah kesehatan yang berkaitan dengan hubungan kita dengan sang pencipta

contoh nya : kita sadar untuk sholat 5 waktu.

5.    Kesehatan intelektual adalah suatu dimana seseorang mampu mengendalikan kecerdasannya untuk berfikir, berfikir baik maupun buruk.
contoh nya : seseorang yang dapat berfikir dalam mencari jalan keluar suatu masalah.




Sejarah kesehatan mental 

Setelah Perang Dunia II, perhatian masyarakat mengenai kesehatan jiwa semakin bertambah. Kesehatan mental bukan suatu hal yang baru bagi peradaban manusia. Pepatah Yunani tentang mens sana in confore sano merupakan satu indikasi bahwa masyarakat di zaman sebelum masehi pun sudah memperhatikan betapa pentingnya aspek kesehatan mental.
Yang tercatat dalam sejarah ilmu, khususnya di bidang kesehatan mental, kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban. Untuk lebih lanjutnya, berikut dikemukakan secara singkat tentang sejarah perkembangan kesehatan mental.
1. Kesehatan itu sendiri adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan Mental yaitu gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Penyakit mental ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya).

Jika kedua difinisi tersebut digabungkan kesehatan mental yaitu dimana seseorang sanggup menikmati hidup ini, bisa diterima dikalangan masyarakat, menerimanya dan sanggup bersosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya.
Jika dilihat dari sejarah perkembangan kesehatan mental semakin lama mengalamai perubahan setelah Perang Dunia II, perhatian masyarakat mengenai kesehatan jiwa semakin bertambah. Kesehatan mental bukan suatu hal yang baru bagi peradaban manusia gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban.
seperti ilmu psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak adanya manusia di dunia tidak berbeda dengan kesehatan mental hanya saja masalah dan cara penagannya berbeda pada saat itu.
Jaman dulu banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai penyakit mental, ada yang percaya bahwa penyakit mental disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap penyakit jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat sehingga para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat dengan rantai besi.
Namun seiring jaman yang semakin maju dan perkembangan ilmu pengetahuan Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris, mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Lalu mereka dikenal dengan masa masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.
Dan selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan.
Dan banyak tokoh mengenai perkembangan sejarah kesehatan mental seperti :
1. Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. 
2. Clifford Whittingham Beers (1876-1943). karena Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan saat di rumah sakit jiwa.
Serta beers menulis buku yang berjudul ”A Mind That Found Itself” melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan, Beers menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhan bagi penderita gangguan mental dan menyusun suatu program yang beriisikan :
1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
Para psikolog besar sangat terkesan oleh Beers termasuk William James dan Adolf Meyer. Pada akhirnya Adolf Meyer menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.

Dasar dan Tujuan Mempelajari Kesehatan Mental
Ketenangan hidup, ketentraman jiwa atau kebahagiaan batin, tidak tergantung kepada faktor-faktor luar seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dsb. akan tetapi lebih tergantung dari cara dan sikap menghadapi faktor-faktor tersebut.
Serta pemahaman terhadap kesehatan mental itu sendiri yaitu untuk memestikan akan pengetahuan tentang konsep dasar kesehatan mental, yaitu motivasi (motivation), pertarungan psikologikal (psychologgical conflict), kerisauan (anciety), dan cara membela diri.
Mempelajari kesehatan pada berbagai ilmu itu pada prinsipnya bertujuan sebagai berikut:

1. Memahami makna kesehatan mental dan faktor-faktor penyebabnya.
2. Memahami pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penanganan kesehatan mental.
3. Memiliki kemampuan dasar dalam usaha peningkatan dan pencegahan kesehatan mental masayarakat.
4. Meningkatkan kesehatan mental masyarakat dan mengurangi timbulnya gangguan mental masyarakat.

Pendekatan Kesehatan Mental
Seseorang dapat dikatankan mencapai taraf kesehatan jiwa, jika ia dapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa menghargai orang lain dan dirinya sendiri, ada 
3 teori dalam kesehatan mental, yaitu :
Orientasi Kesehatan Mental
a. Orientasi klasik, menurut aliran ini seseorang dinyatakan sehat mentalnya apabila ia tidak mempunyai keluhan-keluhan tertentu seperti cemas, tegang, dan sebagainya, dimana semua keluhan itu menimbulkan perasaan sakit.
b. Orientasi pada aspek penyesuaian diri (adjusment), menurut aliran ini seseorang dinyatakan sehat apabila ia mampu menyesuaikan dirinya secara aktif, efektif dan menyenangkan sesuai dengan tuntutan realitas sekitarnya sesuai dengan skala ukuran yang berlaku dalam masyarakat dimana ia berada.
c. Orientasi pada aspek pengembangan potensi, menurut aliran ini seseorang dinyatakan sehat apabila ia mampu mengembangkan potensi-potensinya ditengah masyarakat dimana ia tinggal.

Daftar Pustaka 
Siswanto, Spsi. 2007. Kesehatan Mental. Yogyakarta : Andi.
Shultz, Duane. 1991. Pertumbuhan Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Kanisius.
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta : Kanisius.