Jumat, 24 Mei 2013

Tulisan 3

Cinta dan Perkawinan
             Yang pertama disini kita akan membahas tentang cinta. Apa itu cinta?
             Seperti yang kita tahu cinta adalah suatu misteri kehidupan. Cinta itu dapat dating dan memudar secara tiba-tiba dan cinta tidak dapat bertahan dengan sendirinya. Seseorang dengan pasangannya harus berusaha mempertahankan perasaan cinta.
             Cinta juga semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya didalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih indah. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya.
             Perkawinan adalah kelanjutan dari cinta. Proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya. Ketika kesempurnaan ingin didapatkan, maka sia-sialah waktu dalam mendapatkan perkawinan tersebut.
A.             Bagaimana memilih pasangan
Menikah adalah tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu, memilih pasangan hidup juga merupakan hal yang harus benar-benar diperhatikan. Rasulullah SAW telah memberikan teladan dan petunjuk tentang cara memilih pasangan hidup yang tepat dan islami. Insya Allah tips-tips berikut ini akan dapat bermanfaat.
Dalam memilih pasangan hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki hak untuk memilih yang paling tepat sebagai pasangannya. Seperti kecocokan, dengan demikian yang dinamakan Proses memilih pada pihak laki-laki dan perempuan.
Disisi lain bahwa memilih pasangan hidup dengan mempertimbangkan berbagai sisinya, asalkan pada pertimbangan-pertimbangan yang wajar serta Islami, keniscayaan hidup dan representasi kebebasan dari Allah yang Dia karuniakan kepada setiap manusia, termasuk dalam memilih suami atau istri.
Dan untuk memantapkan pilihan, terutama dari berbagai alternatif sebaiknya melakukan shalat istikhorah baik di tengah malam maupun di awalnya, dan lakukan secara berkali-kali. Jika telah dilakukan berkali-kali maka Kemantapan yang ada yang insya allah merupakan petunjuk yang boleh diikuti.
Dan disini saya akan memberikan beberapa tips memilih pasangan hidup. Pada dasarnya memilih pasangan hidup itu berdasarkan tiga kriteria dasar yaitu :
-                 Cocok jadi anak dari orangtua kita
Selain dia sayang dengan kita dia juga harus bisa sayang dengan keluarga kita, bisa menghormati orang tua kita dan menyayangi kita seperti menyayangi orang tua kita.
-                 Cocok jadi ayah atau ibu dari anak-anak kita kelak
Biasanya ciri ini terlihat dari sifat seorang laki-laki yang penyayang terhadap anak kecil dan pengasih.
-                 Cocok jadi suami atau istri kita
Nah yang terakhir ini dilihat dari ketulusan sayang pasangan kita ini, tergantung dari kriteria masing-masing perorangan dalam memilih pasangan. Apakah seseorang tersebut tidak keras terhadap pasangan nya.
B.             Seluk-beluk hubungan dalam perkawinan
Perkawinan sebenarnya adalah pertemuan dua orang manusia berlainan jenis, yang diikat oleh sebuah perjanjian sehingga menyatu secara fisik dalam bentuk pesetubuhan serta hubungan badan lainnya dan secara batin dalam bentuk ikatan batin untuk mencapai tujuan perkawinan.
Perkawinan dimulai dari perjanjian antara calon suami dan calon isteri yang disebut kontrak perkawinan (akad nikah). Kontrak ini dilakukan di depan seorang penghulu sebagai pencatat kontrak, mirip seorang notaris dalam perjanjian biasa, disaksikan paling tidak oleh dua orang saksi dan pembayaran mas kawin oleh suami kepada isteri dalam jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Perkawinan dapat disebut sebagai salah satu lembaga masyarakat yang melahirkan berbagai hubungan. Pertama adalah hubungan darah kepada anak cucu. Kedua adalah hubungan semenda kepada keluarga asal kedua belah pihak. Ketiga adalah hubungan kewarisan. Keempat adalah hubungan hak dan kewajiban. Ini tentu di samping hubungan ketetanggaan karena sebuah keluarga hidup salam suatu lingkungan masyarakat. Begitu banyaknya hubungan yang dilahirkan oleh lembaga ini sehingga memerlukan pengaturan yang rinci dari agama maupun perundang-undangan negara.
C.             Penyesuaian dan pertumbuhan dalam perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian.
Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
D.             Perceraian dan pernikahan kembali
Kehidupan pernikahan tentunya tidak akan selamanya berjalan mulus. Ada waktunya Anda dan pasangan menghadapi berbagai cobaan yang bisa menimbulkan keretakan. Jika bisa melewati momen tersebut artinya Anda lulus dari ujian yang memang umum dialami suami-istri. Namun kalau gagal, bukan tidak mungkin pernikahan berakhir cerai.
Hal-hal yang menyebabkan perceraian dan ketidakbahagaiaan dalam pernikahan ialah karena banyak orang yang menikahi orang yang salah dengan alasan yang salah. Alasan yang salah untuk menikah antara lain telah hamil sebelum menikah, pemberontakan terhadap orangtua, untuk menjadi mandiri atau lepas dari orang tua, pengalihan dari hubungan yang buruk sebelumnya (diputuskan pasangan kemudian langsung memutuskan untuk menikah ketika bertemu pasangan baru), memenuhi tuntutan keluarga dan lingkungan sosial, serta untuk memperoleh dukungan ekonomi. Orang-orang yang menikah dengan alasan-alasan ini dapat mengakibatkan pernikahannya berujung pada perceraian ataupun akan merasa tidak bahagia dalam pernikahannya.
Ketidakbahagiaan dalam pernikahan dan perceraian memberikan dampak yang sangat buruk bagi anak-anak, orang dewasa dan masyarakat. Stres pernikahan juga berhubungan dengan manifestasi stres pada orang dewasa termasuk perilaku penyalahgunaan zat, perilaku kriminal, gangguan makan, psikopatologi, kekerasan dalam rumah tangga, penurunan produktivitas kerja, depresi, dan bunuh diri.
Perceraian dan ketidakbahagiaan dalam pernikahan memiliki dampak yang sangat buruk bagi individu maupun masyarakat. Perceraian tidak hanya mengakibatkan kerugian material namun juga kerugian mental yang besar bagi individu dan masyarakat. Oleh karena itu, membentuk suatu pernikahan yang kuat merupakan hal yang sangat penting. Pernikahan yang stabil dan aman memberikan keuntungan bagi orang dewasa, anak-anak dan masyarakat.
E.              Single Life
Pada umumnya kita hidup didunia ini menginginkan kebahagiaan, baik itu kebahagiaan bersama keluarga besar maupun bersama keluarga kecil kita sendiri yang akan kita jalani kedepannya. Karena dari situ sebenarnya bisa diketahui bahwa orang tersebut sukses dalam mencapai gol dalam hidupnya yaitu lepas dari orang tua, bisa membuat keluarga kecil bersama istri anak cucunya kelak dan bahagia bersama orang disekelilingnya.
Beberapa orang beranggapan bahwa hidup single itu tidak menyenangkan dan hidup jadi tidak berwarna. Tidak peduli apakah mereka hidup single karena pilihan atau karena belum mendapatkan jodoh,  kesepian seperti menjadi suatu ancaman serius yang bisa merusak kebahagiaan. Ujung-ujungnya mereka menjadi depresi dan mencari pelarian dari rasa kesepian itu. Narkoba, kehidupan malam, kumpul kebo, bahkan bunuh diri biasanya menjadi pelarian yang lazim dilakukan.
Apakah hidup single memang seburuk itu? Tentu, tidak. Bahagia atau tidak itu sebenarnya dipengaruhi pikiran kita sendiri. Saat kita mananamkan suatu pemikiran negative pada diri kita hasilnya pun akan negative dan jika kita menanankan pemikiran positif pada diri kita tentu hasilnya pun akan positif. Kebahagiaan itu kita sendiri yang punya. Yang menentukan kamu bisa bahagia atau tidak adalah dirimu sendiri.

Referensi artikel :

Tulisan 2

Hubungan Interpersonal
Dewasa ini, kita semakin menyadari bahwa perkembangan hubungan antara dua orang (antarpribadi) diatur oleh seperangkat kekuatan yang kompleks yang harus dikelola secara terus menerus oleh para pihak yang terlibat. Sebagai makhluk sosial, manusia tentunya membutuhkan orang lain. Salah satu cara berhubungan dengan orang lain kita melakukan komunikasi. dimana membuka diri dan berbicara terus terang dianggap sebagai strategi membangun hubungan yang berarti.
Menurut suatu artikel yang saya bacadan dapat disimpulkan bahwa, Hubungan interpersonal adalah hubungan yang melibatkan dan membentuk dua pihak yaitu antara anda dan saya, dimana kita bisa saling berbagi pengalaman. Hal ini dapat dinamakan proses perkenalan, saat masing-masing individu saling bertemu dan memulai interaksi. Hubungan ini akan selalu berubah karena membutuhkan tindakan tertentu untuk membentuk keseimbangan. Contohnya dengan teman baru dikampus, umumnya kita mengenal satu orang terlebih dahulu untuk saling berbagi pengalaman lalu mengenal yang lain nya.
A.             Model-model Hubungan Interpersonal
Ada beberapa teori yang menjelaskan hubungan interpersonal, mengikuti Ikhtisar Coleman dan Hammen (1974:224-231) menyebutkan empat model, yaitu :
1.              Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Terdapat empat konsep pokok dalam teori ini, yaitu :
-                 Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan.
Contoh nya ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. 
-                 Biaya adalah akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam suatu hubungan.
Contoh nya biaya itu dapat berupa konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan efek – efek tidak menyenangkan.
-                 Hasil/ Laba adalah ganjaran dikurangi biaya.
Misalnya bila seorang individu merasa, dalam suatu hubungan interpersonal, bahwa ia tidak memperoleh laba sama sekali, ia akan mencari hubungan lain yang mendatangkan laba.
-                 Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar) yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang.
Misalnya dalam pertemanan dalam mendapat teman baru biasanya seseorang suka membanding-bandingan ukuran teman yang pada waktu lalu dan teman yang pada waktu sekarang.
2.              Model Peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Di sini setiap orang harus memainkan peranannya sesuai dengan “naskah” yang telah dibuat oleh masyarakat.
Jadi kalau menurut saya disini seseorang tidak menjadi dirinya sendiri melainkan karena pencitraan yang sudah terlanjur dibuat oleh masyarakat. Misalnya sebagai ketua desa dimana seseorang yang dianggap pemimpin dalam suatu lingkungan dituntut untuk menjadi seseorang yang patut dicontoh oleh orang banyak.
3.              Model Permainan
Dalam model ini, orang- orang berhubungan dalam bermacam- macam permainan. Dalam hubungan interpersonal, kita menampilkan salah satu aspek kepribadian kita (orang tua, orang dewasa dan anak-anak) dan orang lain membalasnya dengan salah satu aspek tersebut juga.
4.              Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Hubungan interpersonal dapat dipandang sebagai sistem dengan sifat- sifatnya. Singkatnya, model interaksional mencoba menggabungkan model pertukaran, peranan, dan permainan.
B.             Memulai Hubungan
Dalam memulai suatu hubungan interpersonal seseorang akan menumbuhkan beberapa sikap yaitu :
1.              Saling percaya, hal ini dianggap penting dalam menentukan efektivitas komunikasi jika dapat diwujudkan dengan baik hal ini dapat menimbulkan interaksi yang menyenangkan.
2.              Suportif, proses mengurangi sikap difensif dalam komunikasi. Sikap difensif akan terjadi saat individu merasa bahwa dirinya tidak dapat menerima, atau bahkan saat melakukan kebohongan dan tidak jujur.
3.              Saling terbuka, sangat berpengaruh dalam membentuk komunikasi interpersonal yang efektif. Sikap ini akan mengurangi perasaan curiga atau sikap tidak percaya terhadap individu lain saat berlangsungnya komunikasi interpersonal.
Sedangkan menurut saya dalam memulai hubungan itu dimana saat kita merasa kita klik dalam artian nyaman dengan seseorang, disitulah saya dapat memulai suatu hubungan.
-                 Pembentukan kesan dan ketertarikan Interpersonal dalam memulai hubungan
             Dalam menentukan suatu kesan dalam berhubungan interpersonal tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Bisa nya diawali dengan kontak permulaan (eye contect) pada tahap ini biasanya masing-masing pihak berusaha mengenali identitas dan sikap, bila mereka merasa ada kesamaan mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari biasanya meliputi data usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya. Di ikuti oleh kesamaan-kesamaan sikap dan pendapat terhadap suatu objek, perencanaan yang akan datang, kepribadian, perilaku pada masa lalu hobi dan minat. Jika kesamaan kesamaan tersebut telah timbul maka terjadilah ketertarikan interpersonal yang lebih dalam.
C.             Keintiman (intimacy) dan Hubungan Pribadi
Menurut Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadimmasing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama. Keintiman (intimacy) sangat berkaitan dengan derajat kecintaan, kepercayaan, kepuasan, tanggung jawab dan pengertian pasangan dalam hubungan yang dekat (intim).
Untuk menjalin hubungan pribadi diperlukan adanya intimacy Cinta interpersonal membutuhkan tiga hal: Intimacy, Passion, dan Commitment. Perasaan dekat dan nyaman muncul dari kualitas kebersamaan yang bagus. Keberasamaan yang menciptakan Intimacy dan kenyamanan ini adalah sebuah wujud awal dari cinta yang sering disebut sebagai persahabatan atau pertemanan (Liking/Friendship).
Proses pendekatan itu proses dimana kebersamaan yang menciptakan Intimacy dan kenyamanan yang merupakan wujud awal cinta. Jika Intimacy, Passion, dan Commitment terpenuhi, maka sebuah hubungan akan menjadi sempurna karena dliliputi oleh cinta yang menyeluruh (Consummate Love). Namun, keadaan yang penuh cinta yang menyeluruh ini bisa berlangsung selamanya dan bisa juga tidak. Kenapa? Semua bergantung pada proses memelihara tiga hal tersebut yang dipenuhi berbagai rasa, mulai dari sedih, gembira, puas, kecewa, rindu bahkan bosan. Ketika Intimacy yang hilang, maka yang terjadi adalah cinta absurd (Fatuous Love).
Apa itu fatuos love /cinta absurd? Cinta absurd adalah cinta yang bersandar pada Passion dan Commitment.  seperti mempertahankan pernikahan atau berpacaran karena teman, orangtua, usia, dan motivasi dari luar lainnya.  Hanya saja, ada motivasi pada ketertarikan pribadi dan fisik, dan Comitment yang tidak bertujuan menjaga hubungan, tapi lebih bertujuan mengejar materi atau kekuasaan.  Cinta ini menjadi absurd karena hal yang paling awal tidak ada lagi.  Hilangnya Intimacyterjadi, juga karena respon yang tidak tepat terhadap rasa yang menyertai sebuah hubungan, seperti sedih, gembira, puas, kecewa, rindu bahkan bosan.
D.             Keintiman (intimacy) dan Pertumbuhan
Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal uang baik berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. faktor kedua yang menumbuhkan sikap percaya pada diri orang lain. Kejujuran, faktor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya. Sikap yang mengurangi sikap defens dalam komunikasi. Teori-teori tentang efek komunikasi yang oleh para pakar komunikasi tahun 1970-an dinamakan pula hypodermic needle theory, teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat perkasa dan komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa.
Selang pertumbuhan yang terus menerus meningkat maka keintiman yang terjadi pun semakin dekat dan semakin matang. Apapun alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita. Dalam hal inilah keutamaan cinta dibutuhkan. Hal ini dapat disebabkan karena :
-               Kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh.
-               Kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan.
-               Kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia.
-               Kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup.
-               Kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus.

Referensi
eprints. undip.ac.id/ 10947/ 1/ SKRIPSI. pdf www.psikologi.org
(Hall, S Calvin., Lindzey , Gardner., (2009). teori - teori psikodinamika, yogyakarta: kanisius)

Selasa, 07 Mei 2013

Tulisan 1


Penyesuaian diri dan Pertumbuhan

A.           Pengertian dan Konsep Penyesuaian diri
Manusia sejatinya dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang membuatnya harus bisa dapat menyesuaikan diri, manusia pada awalnya melakukan penyesuaian fisiologis tetapi dengan seiringnya berkembangnya manusia, manusia tidak hanya harus bisa beradaptasi dengan lingkungan saja atau fisiologisnya saja tapi harus bisa menyesuaikan diri secara psikologis.
Penyesuaian diri menurut Hurlock (1991) didefinisikan sebagai interaksi kontinyu antara diri individu dengan orang lain dan dengan dunia luar. Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konfornitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery).
Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu  yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan. 
Dari pendapat para ahli di atas, dapat di simpulkan bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan individu dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam hidupnya, untuk mempertemukan tuntutan diri dan lingkungan agar tercapai keadaan atau tujuan yang diharapkan oleh diri sendiri dan lingkungannya.
1.             Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
-                 Penyesuaian Pribadi
          Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa,  atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
          Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.
-                 Penyesuaian Sosial 
                    Setiap iindividu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling  mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari.  Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara  komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu.
          Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat.

B.            Pengertian Pertumbuhan Personal, meliputi :
Manusia merupakan makhluk individu. Manusia itu disebut individu apabila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang.
Setiap individu memiliki naluri yang secara tidak langsung individu dapat memperhatikan hal-hal yang berada disekitarnya apakah  hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu individu berada di dalam  masyarakat yang memiliki suatu  norma-norma yang berlaku maka ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh dalam kepribadian, misalnya suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang tidak disiplin yang dalam menerapkan aturan-aturannya maka lama-kelamaan pasti akan mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang tidak disiplin, begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu individu berada di lingkup keluarga yang cuek maka individu tersebut akan terbawa menjadi pribadi yang cuek.
1.             Penekanan Pertumbuhan diri
Pemakaian baik dan buruk menempatkan seorang psikolog dalam ilmu kesehatan mental dalam posisi untuk membuat penilaian terhadap tingkah laku yang sebenarnya diharapkan tidak dilakukan oleh seorang ilmuwan. Tetapi dapat dikemukakan di sini bahwa keputusan untuk menilai bukan sesuatu yang khas bagi bidang ilmu moral atau etika.
2.             Variasi dalam Pertumbuhan
Dalam variasi pertumbuhan memang sangat beragam. Tidak semua individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri berdasarkan tingkatan usia, pertumbuhan fisik, maupun sosial nya. Mengapa? karena terkadang terdapat rintangan-rintangan yang menyebabkan ketidak berhasilan individu dalam melakukan penyesuaian, baik rintangan itu dari dalam diri atau dari luar diri.
3.             Kondisi-kondisi untuk bertumbuh
Kondisi jasmani  seperti pembawa atau konstitusi fisik dan tempramen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh, kondisi jasmani dan kondisi pertumbuhan fisik memang sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat menyesuaikan diri nya. 
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan personal :
-                 Faktor biologis
Karakteristik anggota tubuh yang berbeda setiap orang, kepribadian, atau warisan biologis yang sangat kental.
-                 Faktor geografis
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorangdan nantinya akan menentukan baik atau tidaknya pertumbuhan personal seseorang.
-                 Faktor budaya
Tidak di pungkiri kebudayaan juga berpengaruh penting dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan berarti setiap orang dengan kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama juga.
Selain itu, ada satu hal yang tidak kalah penting berkaitan dengan penyesuaian diri dan pertumbuhan personal adalah komunikasi. Dengan kemampuan komunikasi yang baik maka penyesuaian diri dan pertumbuhan personal seseorang juga akan berjalan baik.

Referensi :
Hurlock, Elizabeth B. 1997. Psikologi Perkembangan. Edisi Kedua. Jakarta:PT Gelora
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma

Tulisan 1


Penyesuaian diri dan Pertumbuhan

A.           Pengertian dan Konsep Penyesuaian diri
Manusia sejatinya dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang membuatnya harus bisa dapat menyesuaikan diri, manusia pada awalnya melakukan penyesuaian fisiologis tetapi dengan seiringnya berkembangnya manusia, manusia tidak hanya harus bisa beradaptasi dengan lingkungan saja atau fisiologisnya saja tapi harus bisa menyesuaikan diri secara psikologis.
Penyesuaian diri menurut Hurlock (1991) didefinisikan sebagai interaksi kontinyu antara diri individu dengan orang lain dan dengan dunia luar. Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konfornitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery).
Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu  yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan. 
Dari pendapat para ahli di atas, dapat di simpulkan bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan individu dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam hidupnya, untuk mempertemukan tuntutan diri dan lingkungan agar tercapai keadaan atau tujuan yang diharapkan oleh diri sendiri dan lingkungannya.
1.             Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
-                 Penyesuaian Pribadi
          Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa,  atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
          Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.
-                 Penyesuaian Sosial 
                    Setiap iindividu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling  mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari.  Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara  komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu.
          Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat.

B.            Pengertian Pertumbuhan Personal, meliputi :
Manusia merupakan makhluk individu. Manusia itu disebut individu apabila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang.
Setiap individu memiliki naluri yang secara tidak langsung individu dapat memperhatikan hal-hal yang berada disekitarnya apakah  hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu individu berada di dalam  masyarakat yang memiliki suatu  norma-norma yang berlaku maka ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh dalam kepribadian, misalnya suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang tidak disiplin yang dalam menerapkan aturan-aturannya maka lama-kelamaan pasti akan mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang tidak disiplin, begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu individu berada di lingkup keluarga yang cuek maka individu tersebut akan terbawa menjadi pribadi yang cuek.
1.             Penekanan Pertumbuhan diri
Pemakaian baik dan buruk menempatkan seorang psikolog dalam ilmu kesehatan mental dalam posisi untuk membuat penilaian terhadap tingkah laku yang sebenarnya diharapkan tidak dilakukan oleh seorang ilmuwan. Tetapi dapat dikemukakan di sini bahwa keputusan untuk menilai bukan sesuatu yang khas bagi bidang ilmu moral atau etika.
2.             Variasi dalam Pertumbuhan
Dalam variasi pertumbuhan memang sangat beragam. Tidak semua individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri berdasarkan tingkatan usia, pertumbuhan fisik, maupun sosial nya. Mengapa? karena terkadang terdapat rintangan-rintangan yang menyebabkan ketidak berhasilan individu dalam melakukan penyesuaian, baik rintangan itu dari dalam diri atau dari luar diri.
3.             Kondisi-kondisi untuk bertumbuh
Kondisi jasmani  seperti pembawa atau konstitusi fisik dan tempramen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh, kondisi jasmani dan kondisi pertumbuhan fisik memang sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat menyesuaikan diri nya. 
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan personal :
-                 Faktor biologis
Karakteristik anggota tubuh yang berbeda setiap orang, kepribadian, atau warisan biologis yang sangat kental.
-                 Faktor geografis
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorangdan nantinya akan menentukan baik atau tidaknya pertumbuhan personal seseorang.
-                 Faktor budaya
Tidak di pungkiri kebudayaan juga berpengaruh penting dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan berarti setiap orang dengan kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama juga.
Selain itu, ada satu hal yang tidak kalah penting berkaitan dengan penyesuaian diri dan pertumbuhan personal adalah komunikasi. Dengan kemampuan komunikasi yang baik maka penyesuaian diri dan pertumbuhan personal seseorang juga akan berjalan baik.

Referensi :
Hurlock, Elizabeth B. 1997. Psikologi Perkembangan. Edisi Kedua. Jakarta:PT Gelora
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma