Minggu, 11 Mei 2014

Tulisan 3

Penyesuaian diri dan Pertumbuhan


A.           Pengertian dan Konsep Penyesuaian diri
Manusia sejatinya dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang membuatnya harus bisa dapat menyesuaikan diri, manusia pada awalnya melakukan penyesuaian fisiologis tetapi dengan seiringnya berkembangnya manusia, manusia tidak hanya harus bisa beradaptasi dengan lingkungan saja atau fisiologisnya saja tapi harus bisa menyesuaikan diri secara psikologis.
Penyesuaian diri menurut Hurlock (1991) didefinisikan sebagai interaksi kontinyu antara diri individu dengan orang lain dan dengan dunia luar. Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konfornitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery).
Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu  yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan. 
Dari pendapat para ahli di atas, dapat di simpulkan bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan individu dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam hidupnya, untuk mempertemukan tuntutan diri dan lingkungan agar tercapai keadaan atau tujuan yang diharapkan oleh diri sendiri dan lingkungannya.
1.             Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
-                 Penyesuaian Pribadi
          Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa,  atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
          Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.
-                 Penyesuaian Sosial 
                   Setiap iindividu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling  mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari.  Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara  komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu.
          Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat.

B.            Pengertian Pertumbuhan Personal, meliputi :
Manusia merupakan makhluk individu. Manusia itu disebut individu apabila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang.
Setiap individu memiliki naluri yang secara tidak langsung individu dapat memperhatikan hal-hal yang berada disekitarnya apakah  hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu individu berada di dalam  masyarakat yang memiliki suatu  norma-norma yang berlaku maka ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh dalam kepribadian, misalnya suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang tidak disiplin yang dalam menerapkan aturan-aturannya maka lama-kelamaan pasti akan mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang tidak disiplin, begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu individu berada di lingkup keluarga yang cuek maka individu tersebut akan terbawa menjadi pribadi yang cuek.
1.             Penekanan Pertumbuhan diri
Pemakaian baik dan buruk menempatkan seorang psikolog dalam ilmu kesehatan mental dalam posisi untuk membuat penilaian terhadap tingkah laku yang sebenarnya diharapkan tidak dilakukan oleh seorang ilmuwan. Tetapi dapat dikemukakan di sini bahwa keputusan untuk menilai bukan sesuatu yang khas bagi bidang ilmu moral atau etika.
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenesis. Perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdeferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.

Referensi :
Hurlock, Elizabeth B. 1997. Psikologi Perkembangan. Edisi Kedua. Jakarta:PT Gelora
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma

Jumat, 04 April 2014

Tulisan 2

Pengertian Stres?

Apa pengertian stress dari sisi psikologi? Menurut Dian Ibung, Psi (2008) stres adalah akibat dari suatu kejadian atau serangkaian pengalaman yang dimaknai negatif dan tidak dapat dihadapi atau dilalui oleh individu.
1.         Arti Penting Stres?
Menurut A. Baum (dalam Dian Ibung, Psi, 2008) mendefinisikan stres sebagai pengalaman psikis (emosi) yang tidak menyenangkan yang diikuti perubahan fisik, kognisi dan tingkah laku, yang ditunjukan untuk mengubah stres atau mengakomodasi akibatnya.
 Menurut Prof Dadang Hawari (dalam Dian Ibung, Psi, 2008) mengartikan stress sebagai reaksi fisik dan psikis, berupa perasaan tidak nyaman, tidak menyenangkan atau tertekan terhadap tuntutan dan tekanan yang dihadapi.
Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Dian Ibung, Psi, 2008) stress adalah kesenjangan atau ketidak seimangan antara tuntutan dan kemampuan.
Secara umum stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi. Seseorang menjadi stres karena adanya stressor. Stressor adalah suatu peristiwa, situasi individu atau objek yang dapat menimbulkan stres dan reaksi terhadap stres. Ada beberapa bentuk stressor, antara lain stressor psikologis (contohnya: krisis, frustasi, konflik, tekanan) dan stressor bio ekologis (misalnya: suara/bising yang mengganggu, polusi udara, suhu terlalu panas/dingin, ketidakcukupan gizi).
Hampir semua orang pernah mengalami stres. Stres merupakan hal yang wajar. Di satu sisi, stres dapat menggangu keseimbangan tubuh seseorang. Tetapi di sisi lain, stres merupakan salah satu energi yang dapat membantu seseorang untuk mencapai cita-citanya.
2.             Pengertian dan jenis coping stress
Menurut Farida (1994) Coping stress adalah usaha perubahan kognitif dan perilaku secara konstan sebagai respon yang dilalui individu dalam menghadapi situasi yang mengancam dengan cara mengubah lingkungan atau situasi yang stressful untuk menyelesaikan masalah.
Menurut Cohen (dalam Smet, 1994) mendefinisikan coping stress sebagai suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi stress.
Menurut Pramadi (2003) coping stress diartikan sebagai respon yang bersifat perilaku psikologis untuk mengurangi tekanan dan sifatnya dinamis.
Menurut Carver (1989) Coping stress terdiri dari dua bentuk yaitu problem focused coping dan emotional focused coping. Problem focused coping meliputi strategi-strategi seperti coping aktif, merencanakan tindakan, menekankan pada tindakan penyelesaian masalah, coping menahan diri dan mencari dukungan sosial sebagai alasan instrumental. Emotional focused coping meliputi mencari dukungan sosial emosional, reinterpretasi positif, penerimaan, penyangkalan dan beralih ke agama.
Sebagai contoh jika seseorang melakukan Problem focused coping seseorang tersebut dalam menghadapi masalahnya akan fokus pada penyelesaian masalah tersebut, misalnya mahasiswa yang sedang mengerjakan penelitian ilmiah, mahasiswa tersebut fokus untuk menyelesaikannya. 

 

Sedangkan seseorang emotional focused coping mahasiswa tersebut dalam mengerjakan penelitian ilmiah nya jika mood mereka sedang tidak bagus mereka berusaha refreshing dulu dengan main game misalnya, barulah sesudah moodnya bagus mereka kembali mengerjakan tugasnya lagi.

 

Teori kepribadian sehat
1.             Allport
 
Secara umum teori Allport memberi definisi yang positif terhadap manusia. “Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya”. Dalam teori Allport juga memandang bahwa kesehatan psikologis adalah melihat ke depan, tidak melihat ke belakang.
2.             Rogers

Memahami dan menjelaskan teori kepribadian sehat menurut rogers, yang meliputi:
a.    Perkembangan kepribadian atau “self” Menurut Rogers, pribadi yang sehat muncul dari aktualisasi diri seseorang dalam kehidupannya. Pengalaman - pengalaman yang telah terjadi memotivasi diri untuk menjadi pribadi yang lebih sehat dari sebelumnya. Perkembangan aktualisasis diri berubah sejalan dengan semakin bertambahnya umur sebagai akibat dari perkembangan biologik dan belajar. Konsep self menggambarkan konsepsi mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya.
b.    Peranan positive regard dalam pembentukan kepribadian individu Kebutuhan tersebut disebut “need for positive regard” Kebutuhan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu:
1)   Conditional positive regard (bersyarat),
2)   Unconditional positive regard (tak bersyarat).
Contohnya, seorang atlet cilik yang ingin selalu diperhatikan oleh orangtunya dan pelatihnya dan selalu ingin dipuji akan prestasinya yang selama ini ia gapai. 3. Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhnya Pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami pengharagaan positif tak bersyarat. Karena ini penting, dihargai, diterima, disayangi, dicintai sebagai seseorang yang berarti tentu akan menerima dengan penuh kepercayaan.


Daftar Pustaka :
Carver, C. S., Scheier, M. F., & Weintraub, J. K. (1989). Assessing coping strategiesL A theoretically based approach. Journal of Personality and Social Psychology.
Clerq, L, D., Smet, B. (2005). Psikologi Kesehatan: Suatu Pendahuluan. Universitas Katholik Sukgijapranata
Frida, P. (1994). Kebutuhan Dasar Manusia, Stres Adaptasi dan Koping Mekanisme. Bogor. 
Ibung, Dian,. Psi. (2008). Stres pada anak. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Pramadi, A., Lasmono, H, K. (2003). Koping Stres Pada Etnis Bali, Jawa dan Sunda. Jurnal: Anima. Vol 18.

Selasa, 25 Maret 2014

Kesehatan Mental (minggu 1)

Konsep Sehat
Apa itu konsep sehat?
Menurut madya (2010) dalam shalat jadi obat, konsep sehat adalah konsep yang timbul dari diri kita sendiri secara sadar mengenai berbagai upaya untuk mendapatkan status sehat bagi tubuh kita. Konsep sehat ini terkait dengan ketiga komponen yang saling terkait kesehatan lahir dan kesehatan pikir. Pemahaman konsep sehat ini juga bisa diartikan sebagai keseimbangan, keserasian, keharmonisan antara faktor pikir (akal), jiwa (mental/spiritual), dan raga (fisik/lahiriah). Jika ketiga faktor ini terintegrasi secara baik dan berimbang, kita telah dapat memahami konsep sehat secara utuh. Konsep sehat inilah yang akan menuntun kita pada pola atau tata laku sehari-hari yang sehat.

Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Zaman dahulu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah setan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha melalukan perbaikan dalam mengatasi orng-orang yg mengalami gangguan mental.
Kesehatan mental ungkapan ini diciptakan oleh W. Swetster di tahun 1843, dan penuh dengan konten yang sebenarnya melalui "pribadi" pengalaman berkumpul oleh ahli asuransi Beers Amerika. Tujuannya adalah untuk memastikan perawatan yang lebih manusiawi dari sakit mental, cara bagaimana tujuannya ini dilakukan dalam konteks yang lebih luas melampaui domain perawatan kesehatan tidak bisa disebut hanya kejiwaan.
Kesehatan mental mulai berkembang sejak perang dunia ke II .Sejak awal perang dunia ke II kesehatan mental bukan lagi suatu istilah yang asing bagi orang-orang. Dalam bidang kesehatan mental kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban.
Namun seiring jaman yang semakin maju dan perkembangan ilmu pengetahuan Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris, mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya. Ada juga dari tokoh lainnya yang mempengaruhi perkbngan kesehatan mental:
1.    Clifford Whittingham Beers (1876-1943)
Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhannya.
2.    Dorothea Dix
Merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19.
Ada juga tunjuan mempeljari Kesehatan mental yaitu:
1.    Memahami makna kesehatan mental dan faktor-faktor penyebabnya.
2.    Memahami pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penanganan kesehatan mental.
3. Memiliki kemampuan dasar dalam usaha peningkatan dan pencegahan kesehatan mental masayarakat.
4. Meningkatkan kesehatan mental masyarakat dan mengurangi timbulnya gangguan mental masyarakat.

Teori Kepribadian Sehat
a.    Menurut Aliran Psikoanalisa
Bapak psikoanalisis adalah Sigmund Freud dilahirkan di Moravia tanggal 6 mei 1939 dan meninggal di London pada tanggal 23 september 1939. Sebagai anak muda Freud bercita-cita ingin menjadi ahli ilmu pengetahuan tahun 1873 freud masuk ke fakultas kedokteran Universitas WINA dan tamat pada tahun 1873. Menurut Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam kepribadian manusia. Tujuan psikoanalisis dari Freud adalah membawa ketingkat kesadaran mengenai ingatan atau pikiran yang ditekan, diasumsi sebagai sumber perilaku yang tidak normal dari pasiennya.
Psikoanalisi merupakan bentuk utama psikoterapi. Pasien tiduran di kursi panjang dan tidak bertatap muka dengan terapis. Pasien menghadapi pikiran dan perasaan sendiri dan pasien memproyeksikan pikiran dan perasaannya. Pasien mengalami perasaan dan emosinya sendiri bersamaan dan pasien mensubjektifkan perasaan pada hal dalam ego pengamatan sendiri.
Tahun 1895 Freud dan Breuer “Studies on hysteria” dipandang sebagai permulaan. Tahun 1901 Freud mempublikasikan bukunya “The Psychopathology of everyday life” yang berisi deskripsi yang sekarang di kenal dengan Freudian slip kehidupan sehari-hari baik orang yang normal maupun orang yang neurotik keadaan tidak sadar.
1.    Psikoanalisa
Psikoanalisa adalah cabang ilmu yang di kembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai stugi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Kepribadian Sehat menurut Psikoanalisa :
a)    Ada pada alam pikiran tidak sadar dan kreativitas sebagai kompensasi untuk masa anak
b)   Individu bersifat egois , tidak bermoral dan tidak mau tahu kenyataan
c)    Manusia sebagai ho,o valens dengan berbagai dorongan dan keinginan
d)   Motif-morif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang
e)    Manusia di dorong oleh dorongan seksual agresif 
b.    Menurut Aliran Behaviorisme
     Aliran ini memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang diinginkan dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive behaviour atau perilaku menyimpang.
          Prinsip dasar behaviorisme:
1.    Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
2.  Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
3.    Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
4.  Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
5.  Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistic dalam perkembangan ilmu psikologi.
c.    Menurut Aliran Humanistik
Aliran ini memandang setieap orang mempunyai kemampuan untuk menjadi lebih baik dan memiliki pandangan optimistic dan bisa maju (berkembang), seperti misalnya:
1.    Memiliki pandangan yang segar tentang manusia
2.  Melihat potensi diri individu untuk tumbuh berkembang sesuai keinginan untuk lebih baik atau lebih banyak dari pada apa yang ada di dalam diri individu itu sendiri
Aliran ini sangat berbeda dengan psikoanalisa dan behavoiristik yang mengabaikan potensi diri pada individu.

DAFTAR PUSTAKA
Wratsongko, Madya. (2010). Shalat jadi obat. Jakarta: Garamedia.
Emiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius.
Budiarto, Eko., Dewi, Anggraeni. (2001). Pengantar Epidemologi, E2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Suprapti, Slamet. I.S dan Sumarmo, Markam. (2003). Psikologi Klinis. Jakarta: Universitas Indonesia.
Hall, Calvin. S dan Gardner, Lindzey. (1993). Teori-Teori Sifat dan Behavioristik. Yogyakarta: Kanisius.
Schultz, Duane. (1991). Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat. Jogjakarta: Kanisius.

Senin, 24 Maret 2014

Bentuk-bentuk utama dalam terapi

Terapi atau pengobatan, adalah remediasi masalah kesehatan, biasanya mengikuti diagnosis. Orang yang melakukan terapi disebut sebagai terapis. Dalam bidang medis, kata terapi sinonim dengan kata pengobatan. Di antara psikolog, kata ini mengacu kepada psikoterapi. 
A.  Terapi supportive adalah suatu terapi yang tidak merawat atau memperbaiki kondisi yang mendasarinya, melainkan meningkatkan kenyamanan pasien dan untuk mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap gangguan psikisnya.
Tujuan : 
1.    Menaikkan fungsi psikologi dan sosial
2.    Menyokong harga dirinya dan keyakina dirinya sebanyak mungkin
3.    Menyadari realitas, keterbatasannya, agar dapat diterima
4.    Mencegah terjadinya relaps
5.    Bertujuan agar penyesuaian baik
6.    Mencegah ketergantungan pada dokter
7.    Memindahkan dukungan profesional kepada keluarga
Terapi supportif ini dapat menggunakan beberapa metode dan  teknik pendekatan, diantaranya:
1.    Bimbingan (guidance)
2.    Mengubah lingkungan (environmental manipulation)
3.    Pengutaraan dan penyaluran arah minat
4.    Tekanan dan pemaksaan 
5.    Penebalan perasaan (desensitization)
6.    Penyaluran emosional
7.    Sugesti
8.    Penyembuhan inspirasi berkelompok (inspirational group therapy).
B.  Terapi Reeducative : Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri.
C.  Terapi Reconstuctive : Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknaya dialam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas daripada struktur kepribadian dan pengluasan pertumbuhan kepribadian dengan pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru.
Cara-cara psikoterapi rekonstruktif antara lain :
Psikoanalisa freud dan Psikoanalisa non freud psikoterapi yang berorientasi kepada psikoanalisa dengan cara: asosiasi bebas, analisis mimpi, hipoanalisa/sintesa, narkoterapi, terapi main, terapi kelompok analitik.

DAFTAR PUSTAKA

Perbedaan antara konseling dengan psikoterapi

Menurut Ivey & Simek-Downing (1980) dalam konseling dan psikoterapi, mengemukakan bahwa psikoterapi adalah proses jangka panjang, berhubungan dengan upaya merekonstruksi seseorang dan perubahan yang lebih besar pada stuktur kepribadian. Sedangkan konseling dikemukakkan oleh mereka sebagai proses yang lebih intensif berhubungan dengan upaya membantu orang normal mencapai tujuannya dan agar berfungsi lebih efektif.
Menurut Stefflre dan Grant (1972) mengemukakan ada beberapa hal yang bisa dipakai sebagai usaha untuk memahami berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan khusus keduanya dan untuk bisa membedakan:
I.              Mengenai Tujuan
Konseling bertujuan membantu seseorang dalam menghadapi tugas-tugas perkembangan agar bisa berlangsung lancar, misalnya remaja yang dibantu dalam menghadapi maslah kebebasan yang dituntut dari orangtua atau masalah pekerjaan yang sebaiknya diambil. Menurut Hahn & MacLean (1955), mengemukakan mengenai tujuan konseling yakni upaya pencegahan agar penyimpangan yang merusak dirinya tidak timbul sedangkan psikoterapi terlebih dahulu menangani penyimpangan yang merusak dan baru kemudian menangani usaha pencegahan nya.
Menurut Mowrer (1953), konseling berhubungan dengan usaha mengatasi klien yang mengalami gangguan kecemasan biasa, sedangkan psikoterapi berusaha menyembuhkan klien atau pasien yang menderita neurosis-kecemasan.
Dilihat dari perbedaan diatas Stefflre dan Grant (1972) menyimpilkan bahwa tujuan konseling agak lebih terbatas, lebih melibatkan diri dengan mempengaruhi perkembangan seseorang agar bisa berfungsi secara tepat sesuai dengan perannya. Sebaliknya pada psikoterapi tujuannya lebih sentral, tidak hanya memperhatikan saat sekarang, melainkan yang akan datang, jadi usaha untuk mengubah struktur kepribadian yang mendasar.
II.           Mengenai klien, konselor dan penyelenggaranya
Telah banyak usaha dilakukan untuk membedakan konseling dengan psikoterapi dari sudut kliemnya itu sendiri. Secara tradisional mudah membedakan keduanya, karena pada konseling, konselor menghadapi klien yang normal, sebaliknya pada psikoterapi menghadapi klien yang mengalami neurosis atau psikosis.
III.        Mengenai Metode
Konseling ditandai oleh jangka waktu yang lebih singkat, lebih sedikit waktu pertemuannya, lebih banyak melakukan evaluasi psikologis, lebih memperhatikan masalah sehari-hari klien, lebih memfokuskan pada aktifitas kesadaran, lebih memberikan nasihat, lebih menekankan pada situasi yang riil, lebih konitif dan berkurang intensitas emosi, lebih menjelaskan atau menerangkan dan lebih sedikit kekaburan.
Perbendaan konseling dan psikoterapi disimpulkan oleh Pallone (1977)  dan Patterson (1973) yang dikutip oleh Thompson & Rudolph (1983) sebagai berikut:
 Konseling untuk:

Psikoterapi untuk:
1.Klien

1)Pasien
2.Gangguan yang kurang serius

2)Gangguan yang serius
3.Masalah: jabatan, pendidikan

3)Masalah kepribadian dan pengambilan keputusan
4.Berhubungan dengan pencegahan

4)Berhubungan dengan penyembuhan
5.Lingkungan pendidikan dan nonmedis

5) Lingkungan medis
6.Berhubungan dengan kesadaran

6)Berhubungan dengan ketidaksadaran
7.Metode pendidikan

7) Metode penyembuhan

DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, Singgih. D. (2011). Konseling dan psikoterapi. Cet 3. Jakarta: Libri.

Sabtu, 08 Maret 2014

Pengertian Psikoterapi

Menurut Corsini (2010) "psikoterapi" mempunyai makna sederhana, yaitu perawatan dalam aspek kejiwaan.
Menurut Mappare (1992) psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara klien dan terapis yang menggunakan prinsip-psinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan klien supaya membantu klien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu.
Menurut Singgih (2007) psikoterapi adalah “perawatan terhadap aspek kejiwaan” seseorang, yang secara umum mempergunakan intervensi psikis dengan pendekatan psikologik terhadap pasien yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian.
Menurut Wikipedia, psikoterapi adalah serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu psikologi yang digunakan untuk mengatasi gangguan kejiwaan atau mental seseorang.
Dari ketiga pengertian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa, psikoterapi adalah suatu penanganan pengobatan psikologis dan gangguan kejiwaan dengan membangun suatu sistematis interaksi antara klien dan terapis yang menggunakan psinsip psikologis dalam membantu menghasilkan suatu perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan klien agar, klien  dapat mengatasi tingkah laku abnormalnya dan memecahkan masalah-masalah dalam hidupnya atau bahkan dapat berkembang menjadi seorang individu yang normal.

Daftar Pustaka
Gunarsa, S. D. (2007). Konseling dan psikoterapi. Cet 7. Jakarta: Gunung Mulia.
J Raymond, Corsini. (2010). Current Psychotherapies. Cengage Learning: California.
Wikipedia. (2013, 6 April). Psikoterapi.  Diperoleh 9 Maret 2014, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Psikoterapi
Mappare, Andi. (1992). Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo.