Persamaan
dan perbedaan enkulturasi dan sosialisasi
Menurut
J.W.M. Bakker dalam buku filsafat kebudayaan, enkulturasi adalahlatihan yang
membuat seseorang individu dapat mengintegrasikan dirinya atau terpada ke dalam
kebudayaan sezaman dan setempat.
Menurut
Dr. Nur Syam dalam buku islam pesisir, enkulturasi proses belajar budaya atau
proses pewarisan budaya.
Menurut
Yusri Heni dalam buku improving our
safety culture, enkulturasi adalah suatu proses panjang dimana seorang
individu melaksanakan semua norma, aturan dan nilai-nilai yang diyakini baik
dalam kehidupan bermasyarakat dan menjadi kebiasaan bersama budaya yang dianut.
Sementara
sosialisasi menurut Kun Maryati dan Juju Suryawati dalam buku sosiologi adalah
sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari sati
generasi ke generasi lain nya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Menurut
Peter L. Berger dalam buku sosiologi, sosialisasi adalah proses belajar seorang
anak untuk menjadi anggota yang dapat berpartisipasi di dalam masyarakat.
Menurut
David Gaslin dalam buku sosiologi, sosialisasi adalah proses belajar yang
dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan tentang nilai dan norma-normma
agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota kelompok.
Enkulturasi dan Sosialisasi, proses dimana kita belajar dan
menginternalisasi aturan dan pola perilaku yang dipengaruhi oleh budaya
Sosialisasi. Contoh, proses enkulturasi dimana anak-anak muda belajar dan
mengadopsi cara-cara dan perilaku budaya mereka.
a.
Kesamaan dan perbedaan masa remaja
Mendominasi pada pemikiran
tentang kepribadian di budaya barat contohnya amerika serikat misalnya
aktualisasi diri, kesadaran diri, konsep diri, keyakinan diri, penguatan diri,
kritik diri, mementingkan diri sendiri, meragukan diri sendiri (Lonner, 1988).
Sedangkan perbedaannya yaitu dalam budaya bukan barata seperti Negara timur
china, jepang dan inidia. Bersifat kolektivistik ketimbang individualistik
(Triandis, 1985, 1994). Individualistik adalah orientasi individu atau diri
yang mencakup pemisahan diri dari orang lain sedangkan koletivistik menunjuk
pada orientasi kelompok yang mencakup hubungan diri dari orang lain. Orientasi
individualistik versus kolektivistik ditemukan sebagai dimensi dasar dari
budaya alamiah (Hoftsede, 1980).
Contoh: Di Jepang sekolah
menekankan orientasi kelompok dan keterhubungan dengan orang lain, ketimbang
individualisme.
b.
Konteks sosial dan masayarakat
Budaya pun perlu melalui konteks sosial dan
masyarakat,karena melewati konteks itulah budaya berkembang.
Contohnya: orang Batak menjelaskan budaya ke
orang sunda dan orang sunda itupun memberikan informasi didaerah sunda.
Maka terkenal budaya di wilayah sunda.
c.
Persamaan & perbedaan antar budaya dalam hal tranmisi
budaya dalam hal individualisme dan kolektifisme
Persamaan:sama-sama mentransmisikan budaya
Perbedaan:Individualisme mementingkan
kehendak pribadi.
Kolektifisme adalah suatu lingkungan sosial
tidak fleksibel yang membedakan antara in-group dan out-group. Orang memperhatikan
kepada in-group mereka (rekan, golongan, organisasi) dan menjaga mereka.
d.
Persamaan & perbedaan antar budaya dalam hal tranmisi
budaya dalam hal kognisi sosial
Perbedaan:sama-sama mentransmisikan budaya
Perbedaan:kognisi sosial adalah tata cara di
mana kita menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi
tentang dunia sosial. Kognisi sosial dapat terjadi secara otomatis.
Contonya, saat kita melihat seseorang dari
suatu ras tertentu ,misalnya Batak kita seringkali secara otomatis langsung
berasumsi bahwa orang tersebut memiliki ciri/sifat tertentu. Kapasitas kognitif
kita juga terbatas. Selain itu, terdapat suatu hubungan antara kognisi dan
afeksi (bagaimana kita berpikir dan bagaimana kita merasa).
DAFTAR PUSTAKA
Bakker, J.W.M. (1984). Filsafat kebudayaan, subuah pengantar. Yogyakarta:
Kanusius.
Heni, Yusri. (2011). Improving our safety culture. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Matsumoto, David. (1994) Pengantar psikologi lintas budaya. Cet 1. (terjemahan Anindito). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Matsumoto, David. (1994) Pengantar psikologi lintas budaya. Cet 1. (terjemahan Anindito). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maryati, Kun., Suryawati, Juju. (2001). Sosiologi. Jakarta: Erlangga.
Syam, Dr. Nur. (2005). Islam
pesisir. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.