a)
Pengertian
dan jenis koping
Setiap manusia pasti mempunyai masalah,
dari yang terkecil sampai yang terbesar. Semuanya tergantung akan indvidu yang
menjalani. Ada berbagai metode dalam menyelesaikan, menghadapi, menghindari,
ataupun meminimalisir suatu masalah, akan tetapi tidak jarang kta menemui
seseorang yang takut menghadapi suatu permasalahan dan tidak mencari jalan
keluar yang bijak. Jika seorang indivdu salah atau kurang tepat dalam
mengcoping suatu permasalahan, maka hasilnyapun akan kurang memuaskan, bahkan
dapat menimbulakn gangguan dalam pikiran dan kejiwaannya, seperti depresi,
stres dan gila.
Dewasa ini proses terhadap stres menjadi
pedoman untuk membangun coping stress. Secara umum stres dapat diatasi dengan melakukan
transaksi dengan lingkungan dimana hubungan transaksi ini merupakan suatu
proses dimana individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stres
yang menekan dengan melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna
memperoleh rasa aman dalam dirinya.
Banyak
definisi yang dilontarkan oleh para pakar psikolo0gi guna mengartikan coping,
bisa diartikan strategi coping menunjuk pada berbagai upaya , baik mental
maupun perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau
minimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan.
Lazarus
mendefinisikan coping sebagai suatu cara suatu individu untuk mengatasi situasi
atau masalah yang dialami baik sebagai ancaman atau suatu tantangan yang
menyakitkan. Dengan perkataan lain strategi coping merupakan suatu proses dimana
individu berusaha untuk menanggani dan menguasai situasi stres yang menekan
akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan
kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya.
Strategi coping merupakan suatu
upaya indivdu untuk menanggulangi situasi stres yang menekan akibat masalah
yang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kogntif maupun prilaku guna
memperoleh rasa aman dalam dirinya sendiri.
Jenis-jenis
koping
a.
Koping psikologis
Pada umumnya gejala yang ditimbulkan
akibat stress psikologis tergantung pada dua factor yaitu :
-
Bagaimana persepsi atau penerimaan
individu terhadap stressor, artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh
individu tersebut terhadap stressor yang diterimanya.
-
Keefektifan strategi koping yang
digunakan oleh individu; artinya dalam menghadapi stressor, jika strategi yang
digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola
baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan fisik maupun psikologis.
b.
Koping psiko-sosial
Yang
biasa dilakukan individu dalam koping psiko-sosial adalah, menyerang, menarik diri
dan kompromi.
-
Perilaku menyerang individu
Menggunakan energinya untuk
melakukan perlawanan dalam rangka mempertahan integritas pribadinya. Prilaku
yang ditampilkan dapat merupakan tindakan konstruktif maupun destruktif.
Destruktif yaitu tindakan agresif (menyerang) terhadap sasaran atau objek dapat
berupa benda, barang atau orang atau bahkan terhadap dirinya sendiri. Sedangkan
sikap bermusuhan yang ditampilkan adalah berupa rasa benci, dendam dan marah
yang memanjang.
Sedangkan tindakan konstruktif
adalah upaya individu dalam menyelesaikan masalah secara asertif. Yaitu
mengungkapkan dengan kata-kata terhadap rasa ketidak senangannya.
-
Perilaku menarik diri
Menarik diri adalah prilaku yang
menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain, jadi secara fisik
dan psikologis individu secara sadar meninggalkan lingkungan yang menjadi
sumber stressor misalnya ; individu melarikan diri dari sumber stress, menjauhi
sumber beracun, polusi, dan sumber infeksi. Sedangkan reaksi psikologis
individu menampilkan diri seperti apatis, pendam dan munculnya perasaan tidak
berminat yang menetap pada individu.
-
Kompromi
Kompromi adalah merupakan tindakan
konstruktif yang dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan masalah, lazimnya
kompromi dilakukan dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan
masalah yang sedang sihadapi, secara umum kompromi dapat mengurangi ketegangan
dan masalah dapat diselesaikan.
Kaitan antara
koping dengan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism), ada ahli yang
melihat defense mechanism sebagai salah satu jenis koping (Lazarus, 1976). Ahli
lain melihat antara koping dan mekanisme pertahanan diri sebagai dua hal yang
berbeda. (Harber dan Runyon, 1984).
b)
Jenis-jenis
koping yang konstruktif dan positif (sehat)
Harmer dan Ruyon (1984) menyebutkan
jenis-jenis koping yang dianggap konstruktif: yaitu:
-
Penalaran (reasoning)
Yaitu penggunaan kemampuan kognitif
untuk mengeksplorasi bebagai macam alternatif pemecahan masalah dan kemudian
memilih salah satu alternate yang dianggap paling menguntungkan. Individu
secara sadar mengumpulkan berbagai informasi yang relevan berkaitan dengan
persoalan yang dihadapi, kemudian membuat alternatif-alternatif pemecahannya,
kemudian memilih alternative yang paling menguntungkan dimana resiko
kerugiannya paling kecil dan keuntungan yang diperoleh paling besar.
-
Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan
antara komponen-komponen emosional dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun
tingkah laku. Kemampuan ini juga meliputi kemampuan untuk membedakan antara
pikiran-pikiran yang berhubungan dengan persoalan dengan yang tidak berkaitan.
Kemampuan untuk melakukan koping jenis objektifitas mensyaratkan individu yang
bersangkutan memilki kemampuan untuk mengelola emosinya sehingga individu mampu
memilih dan membuat keputusan yang tidak semata didasari oleh pengaruh
emosi.
-
Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan
perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi. Konsentrasi
memungkinkan individu untuk terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu
ketika berusaha untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi. Pada
kenyataannya, justru banyak individu yang tidak mampu berkonsetrasi ketika
menghadappi tekanan. Perhatian mereka malah terpecah-pecah dalam berbagai arus
pemikiran yang justru membuat persoalan menjadi seakin kabur dan tidak
terarah.
-
Penegasan diri (self assertion)
Individu berhadapan dengan konflik
emosional yang menjadi pemicu stress dengan cara mengekpresikan
perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara langsung tetapi dengan cara
yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain. Menjadi asertif tidak sama
dengan tidakan agresi. Sertif adalah menegaskan apa yang dirasakan, dipikirkan
oleh individu yang bersangkutan, namun dengan menghormati pemikiran dan
perasaan orang lain. Dewasa ini pelatihan-pelatihan dibidang asertifitas mulai
banyak dilakukan untuk memperbaiki relasi antar manusia.
-
Pengamatan diri (self observation)
Pengamatan diri sejajar dengan
introspreksi, yaitu individu melakukan pengujian secara objektif proses-proses
kesadaran sendiri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku, motif,
cirri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai diri
sendiri yang semakin mendalam. Pengamatan diri mengandaikan individu memilki
kemampuan untuk melakukan transedensi, yaitu kemampuan untuk membuat jarak
antara diri yang diamati dengan diri yang mengamati. Perkembangan kognitif dan
latihan-latihan melakukan introspeksi yang dilakukan sejak remaja, akan
mempertajam keterampilan untuk melakukan pengamatan diri.
Referensi
:
Kertamuda, Fatchiah., Herdiansyah, Haris. (2009).
Pengaruh Strategy Coping Terhadap Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru. Jurnal
Universitas Paramadina, vol 6, no 1.
http://rumahbelajarpsikologi.com/cgi-sys/suspendedpage.cgi