Pengertian Stres?
Apakah stres itu? Ada beberapa
pengertian tentang stres. Beberapa ahli memberikan arti stres sebagai respon
fisiologik (badani), psikologik, dan perilaku seorang individu dalam menghadapi
penyesuaian diri terhadap tekanan yang bersifat internal (dari dalam tubuh)
ataupun eksternal (dari lingkungan).
Arti
Penting Stres?
Stres menurut Hans Selye dalam buku
Hawari (2001) menyatakan bahwa stres adalah respon tubuh yang sifatnya
nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah
mengalami stres mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga
yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik,
maka ia disebut mengalami distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan
penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula
disertai keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk stres mempunyaikonotasi
negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan eustres.
Seseorang
menjadi stres karena adanya stressor. Stressor adalah suatu peristiwa, situasi
individu atau objek yang dapat menimbulkan stres dan reaksi terhadap stres. Ada
beberapa bentuk stressor, antara lain stressor psikologis (contohnya: krisis,
frustasi, konflik, tekanan) dan stressor bio ekologis (misalnya: suara/bising
yang mengganggu, polusi udara, suhu terlalu panas/dingin, ketidakcukupan gizi).
Hampir
semua orang pernah mengalami stres. Stres merupakan hal yang wajar. Di satu
sisi, stres dapat menggangu keseimbangan tubuh seseorang. Tetapi di sisi lain,
stres merupakan salah satu energi yang dapat membantu seseorang untuk mencapai
cita-citanya.
1)
Efek-efek
Stres
Efek dari stres, terbagi dalam 4 kelompok yakni fisik,
kognitif, emosi dan tingkah laku, antara lain sebagai berikut :
a.
Gejala
stres yang dapat dilihat melalui efek pada fisik, antara lain adalah
gagap dalam berbicara (sulit untuk bicara), detak jantung meningkat, kepala
pusing, badan gemetaran, muntah-muntah, kesulitan bernafas, kelelahan yang
berlebihan, serta kesulitan tidur.
b.
Secara kognitif, efek stres yang
muncul adalah berkurangnya konsentrasi, mudah lupa, munculnya pandangan yang
negatif terhadap diri sendiri, kreativitas menurun, serta hilangnya kontrol
pada diri sendiri.
c.
Sedangkan secara emosi, reaksi stres
yang muncul adalah mudah cemas, cepat tersinggung, mudah marah, depresi,
penarikan diri pada lingkungan sosial, mudah menangis, menurunnya rasa percaya
diri, serta munculnya pandangan negatif pada diri dan orang lain.
d.
Dilihat dari tingkah laku, reaksi
stres yang terlihat adalah tidak sabar, menjadi ceroboh, nervous laughter,
menarik diri dari lingkungan sekitar, merokok, penurunan dan peningkatan nafsu
makan, pemakaian obat-obatan terlarang, minum minuman beralkohol, serta
munculnya tingkah laku yang bersifat agresif seperti mengemudikan mobil dengan
kecepatan sangat tinggi.
Faktor lain stres adalah kurang tidur.
Banyak orang hanya mendapatkan enam atau kurang jam tidur setiap malam
meskipun National Sleep Foundatiomemperkirakan
bahwa kebanyakan orang dewasa membutuhkan 8-8-1 / 2 jam per malam untuk
kesehatan yang baik. Kelelahan karena kurang tidur menyebabkan stres tambahan.
Terakhir, tren ekonomi telah
menghasilkan sebuah "Pemenang-mengambil-semua" perekonomian di mana
kesenjangan antara kaya dan rata-rata keluarga terus melebar. Status sosial
ekonomi (SES) mempengaruhi kesehatan dalam beberapa cara. Orang yang lebih
tinggi SES bisa mendapatkan perawatan kesehatan yang lebih baik, cenderung
untuk menderita dari paparan racun lingkungan, dan umumnya menjalani gaya hidup
sehat. Selain itu, stres kronis yang berhubungan dengan SES rendah muncul untuk
meningkatkan morbiditas dan kematian di antara orang-orang dalam
kelompok-kelompok pendapatan.
Menurut Hans Selye, 1950 stress adalah
respon tubuh yang bersifat non-spesifik terhadap setiap tuntutan beban di
atasnya. Selye memformulasikan konsepnya dalam General Adaptation Syndrome (GAS).
GAS ini berfungsi sebagai respon otomatis, respon fisik, dan respon emosi pada
seorang individu. Selye mengemukakan bahwa tubuh kita bereaksi sama terhadap
berbagai stressor yang tidak menyenangkan, baik sumber stress berupa serangan
bakteri mikroskopi, penyakit karena organisme, perceraian ataupun kebanjiran.
Model GAS menyatakan bahwa dalam keadaan stress, tubuh kita seperti jam dengan
system alarm yang tidak berhenti sampai tenaganya habis.
Respon
GAS
ini dibagi dalam tiga fase, yaitu:
-
Reaksi waspada (alarm reaction stage)
Adalah persepsi terhadap stresor
yang muncul secara tiba-tiba akan munculnya reaksi waspada. Reaksi ini
menggerakkan tubuh untuk mempertahankan diri. Diawali oleh otak dan diatur oleh
sistem endokrin dan cabang simpatis dari sistem saraf autonom. Reaksi ini
disebut juga reaksi berjuang atau melarikan diri (fight-or-flight reaction).
-
Reaksi Resistensi (resistance stage)
Adalah tahap di mana tubuh berusaha
untuk bertahan menghadapi stres yang berkepanjangan dan menjaga sumber-sumber
kekuatan (membentuk tenaga baru dan memperbaiki kerusakan). Merupakan tahap
adaptasi di mana sistem endokrin dan sistem simpatis tetap mengeluarkan
hormon-hormon stres tetapi tidak setinggi pada saat reaksi waspada.
-
Reaksi Kelelahan (exhaustion stage)
Adalah fase penurunan resistensi,
meningkatnya aktivitas para simpatis dan kemungkinan deteriorasi fisik. Yaitu
apabila stresor tetap berlanjut atau terjadi stresor baru yang dapat
memperburuk keadaan. Tahap kelelahanditandai dengan dominasi cabang
parasimpatis dari ANS. Sebagai akibatnya, detak jantung dan kecepatan nafas
menurun. Apabila sumber stres menetap, kita dapat menngalami ”penyalit
adaptasi” (disease of adaptation), penyakit yang rentangnya panjang, mulai dari
reaksi alergi sampai penyakit jantung, bahkan sampai kematian.
2)
Tipe-tipe
Stres
Manusia berespon terhadap stres secara
keseluruhan, sehingga kita tidak dapat memisahkan secara sangat tegas
bentuk-bentuk stres. Stres biologis, misalnya adanya infeksi bakteri, akan juga
berpengaruh terhadap emosi kita. Bisa pula suatu stres psikologis, misalnya
kegagalan kerja, sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan fisik. Meski
demikian, dapat disebutkan beberapa tipe stres psikologis, yang sering terjadi
bersamaan.
a.
Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup
sehari-hari. tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita
atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar diri individu,
misalnya orang tua menuntut anaknya agar disekolah selalu ranking satu atau
istri menuntut uang belanja yang berlebihan kepada suami.
b.
Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam
mencapai tujuan karena ada aral melintang, misalnya ada perawat Puskesmas lulus
SPK bercita-cita ingin mengikuti D3 Akper program khusus Puskesmas, tetapi
tidak diizinkan oleh suami/istri, tidak punya biaya dan sebagainya.
Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat
badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana
alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran,
perselingkuhan dan lain-lain).
c.
Konflik
Timbulkan karena tidak bisa memilih
antara dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approach
conflict, approach-avoidance conflict atau avoidance-avoidance conflict :
-
Konflik mendekat-mendekat
Individu
terjerat pada dua pilihan yang sama-sama diinginkannya. Misalnya, ada suatu
acara seminar sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat sama juga ada film
sangat menarik untuk ditonton.
-
Konflik mendekat-menjauh
Terjadi
ketika individu terjerat dalam situasi di mana ia tertarik sekaligus ingin
menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus lebih sulit diselesaikan.
Misalnya ketika pasangan berpikir tentang apakah akan segera memiliki anak atau
tidak. Memiliki anak sangat diinginkan karena pasangan dapat belajar menjadi
orang dewasa yang sungguh-sungguh bertanggungjawab atas makhluk kecil yang
sepenuhnya tak berdaya. Di sisi lain, ada tuntutan finansial, waktu,
kemungkinan kehadiran anak akan mengganggu relasi suami-istri, dan lain
sebagainya.
-
Konflik menjauh-menjauh
Individu
terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai. Misalnya seorang
pelajar yang sangat malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai buruk,
apalagi sampai tidak naik kelas.
d.
Kecemasan
Keadaan yang mendesak, yang menimbulkan
stres pada individu. Misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan
penyakit yang harus segera dioperasi.
3)
Symptom reducing response stres
a.
Respon
terhadap response stres menyangkut defense mechanism
Menghilangkan stres mekanisme pertahanan, dan
penanganan yang berfokus pada masalah. Menurut Lazarus (dalam Santrock, 2003 : 566)
penanganan stres atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
-
Coping
yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus
untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh
individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
-
Coping
yang berfokus pada emosi (problem-focused coping)adalah istilah Lazarus untuk
strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi
stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
b.
Pendekatan problem solving
(strategi coping yang spontan mengatasi stress)
Strategi
penanganan stres dengan mendekat dan menghindar (Santrock, 2003: 567):
-
Strategi mendekati (approach strategies)
Meliputi usaha kognitif untuk
memahami penyebab stres dan usaha untuk menghadapi penyebab stres tersebut
dengan cara menghadapi penyebab stres tersebut atau konsekuensi yang
ditimbulkannya secara langsung.
-
Strategi menghindar (avoidance
strategies)
Meliputi usaha kognitif untuk
menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam
tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stress.
Referensi
:
dr. J.B Suharjo B. Cahyono, SpPD.
2008. Gaya Hidup & Penyakit Modern.Yogyakarta: Kanisius
Drs. Sunaryo, M.Kes. 2002. Psikologi
Untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan
Remaja. Jakarta: Erlangga
Gaspersz, Vincent. 2007. Team
Oriented Problem Solving. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Wargito, Bimo. 1989. Pengantar
Psikologi Umum. Yogyakarta: Andy Yogyakarta
Dr.
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, PT. Toko Gunung Agung, Jakarta, 1995
Tidak ada komentar:
Posting Komentar