Jumat, 19 April 2013

Tulisan 2


Pengertian Stres?

Apakah stres itu? Ada beberapa pengertian tentang stres. Beberapa ahli memberikan arti stres sebagai respon fisiologik (badani), psikologik, dan perilaku seorang individu dalam menghadapi penyesuaian diri terhadap tekanan yang bersifat internal (dari dalam tubuh) ataupun eksternal (dari lingkungan).
Arti Penting Stres?

Stres menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2001) menyatakan bahwa stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk stres mempunyaikonotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan eustres.
Seseorang menjadi stres karena adanya stressor. Stressor adalah suatu peristiwa, situasi individu atau objek yang dapat menimbulkan stres dan reaksi terhadap stres. Ada beberapa bentuk stressor, antara lain stressor psikologis (contohnya: krisis, frustasi, konflik, tekanan) dan stressor bio ekologis (misalnya: suara/bising yang mengganggu, polusi udara, suhu terlalu panas/dingin, ketidakcukupan gizi).
Hampir semua orang pernah mengalami stres. Stres merupakan hal yang wajar. Di satu sisi, stres dapat menggangu keseimbangan tubuh seseorang. Tetapi di sisi lain, stres merupakan salah satu energi yang dapat membantu seseorang untuk mencapai cita-citanya.
1)                  Efek-efek Stres
Efek dari stres, terbagi dalam 4 kelompok yakni fisik, kognitif, emosi dan tingkah laku, antara lain sebagai berikut :
a.                   Gejala stres yang dapat dilihat melalui efek pada  fisik, antara lain adalah gagap dalam berbicara (sulit untuk bicara), detak jantung meningkat, kepala pusing, badan gemetaran, muntah-muntah, kesulitan bernafas, kelelahan yang berlebihan, serta kesulitan tidur.
b.                  Secara kognitif, efek stres yang muncul adalah berkurangnya konsentrasi, mudah lupa, munculnya pandangan yang negatif terhadap diri sendiri, kreativitas menurun, serta hilangnya kontrol pada diri sendiri.
c.                   Sedangkan secara emosi, reaksi stres yang muncul adalah mudah cemas, cepat tersinggung, mudah marah, depresi, penarikan diri pada lingkungan sosial, mudah menangis, menurunnya rasa percaya diri, serta munculnya pandangan negatif pada diri dan orang lain.
d.                  Dilihat dari tingkah laku, reaksi stres yang terlihat adalah tidak sabar, menjadi ceroboh, nervous laughter, menarik diri dari lingkungan sekitar, merokok, penurunan dan peningkatan nafsu makan, pemakaian obat-obatan terlarang, minum minuman beralkohol, serta munculnya tingkah laku yang bersifat agresif seperti mengemudikan mobil dengan kecepatan sangat tinggi.
Faktor lain stres adalah kurang tidur. Banyak orang hanya mendapatkan enam atau kurang jam tidur setiap malam meskipun National Sleep Foundatiomemperkirakan bahwa kebanyakan orang dewasa membutuhkan 8-8-1 / 2 jam per malam untuk kesehatan yang baik. Kelelahan karena kurang tidur menyebabkan stres tambahan.

Terakhir, tren ekonomi telah menghasilkan sebuah "Pemenang-mengambil-semua" perekonomian di mana kesenjangan antara kaya dan rata-rata keluarga terus melebar. Status sosial ekonomi (SES) mempengaruhi kesehatan dalam beberapa cara. Orang yang lebih tinggi SES bisa mendapatkan perawatan kesehatan yang lebih baik, cenderung untuk menderita dari paparan racun lingkungan, dan umumnya menjalani gaya hidup sehat. Selain itu, stres kronis yang berhubungan dengan SES rendah muncul untuk meningkatkan morbiditas dan kematian di antara orang-orang dalam kelompok-kelompok pendapatan.
Menurut Hans Selye, 1950 stress adalah respon tubuh yang bersifat non-spesifik terhadap setiap tuntutan beban di atasnya. Selye memformulasikan konsepnya dalam General Adaptation Syndrome (GAS). GAS ini berfungsi sebagai respon otomatis, respon fisik, dan respon emosi pada seorang individu. Selye mengemukakan bahwa tubuh kita bereaksi sama terhadap berbagai stressor yang tidak menyenangkan, baik sumber stress berupa serangan bakteri mikroskopi, penyakit karena organisme, perceraian ataupun kebanjiran. Model GAS menyatakan bahwa dalam keadaan stress, tubuh kita seperti jam dengan system alarm yang tidak berhenti sampai tenaganya habis.
Respon GAS ini dibagi dalam tiga fase, yaitu:
-                    Reaksi waspada (alarm reaction stage)
Adalah persepsi terhadap stresor yang muncul secara tiba-tiba akan munculnya reaksi waspada. Reaksi ini menggerakkan tubuh untuk mempertahankan diri. Diawali oleh otak dan diatur oleh sistem endokrin dan cabang simpatis dari sistem saraf autonom. Reaksi ini disebut juga reaksi berjuang atau melarikan diri (fight-or-flight reaction).
-                    Reaksi Resistensi (resistance stage)
Adalah tahap di mana tubuh berusaha untuk bertahan menghadapi stres yang berkepanjangan dan menjaga sumber-sumber kekuatan (membentuk tenaga baru dan memperbaiki kerusakan). Merupakan tahap adaptasi di mana sistem endokrin dan sistem simpatis tetap mengeluarkan hormon-hormon stres tetapi tidak setinggi pada saat reaksi waspada.
-                    Reaksi Kelelahan (exhaustion stage)
Adalah fase penurunan resistensi, meningkatnya aktivitas para simpatis dan kemungkinan deteriorasi fisik. Yaitu apabila stresor tetap berlanjut atau terjadi stresor baru yang dapat memperburuk keadaan. Tahap kelelahanditandai dengan dominasi cabang parasimpatis dari ANS. Sebagai akibatnya, detak jantung dan kecepatan nafas menurun. Apabila sumber stres menetap, kita dapat menngalami ”penyalit adaptasi” (disease of adaptation), penyakit yang rentangnya panjang, mulai dari reaksi alergi sampai penyakit jantung, bahkan sampai kematian.

2)                  Tipe-tipe Stres
Manusia berespon terhadap stres secara keseluruhan, sehingga kita tidak dapat memisahkan secara sangat tegas bentuk-bentuk stres. Stres biologis, misalnya adanya infeksi bakteri, akan juga berpengaruh terhadap emosi kita. Bisa pula suatu stres psikologis, misalnya kegagalan kerja, sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan fisik. Meski demikian, dapat disebutkan beberapa tipe stres psikologis, yang sering terjadi bersamaan.
a.                  Tekanan
            Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua menuntut anaknya agar disekolah selalu ranking satu atau istri menuntut uang belanja yang berlebihan kepada suami.
b.                  Frustasi

            Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang, misalnya ada perawat Puskesmas lulus SPK bercita-cita ingin mengikuti D3 Akper program khusus Puskesmas, tetapi tidak diizinkan oleh suami/istri, tidak punya biaya dan sebagainya.
            Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan dan lain-lain).
c.                   Konflik

            Timbulkan karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approach conflict, approach-avoidance conflict atau avoidance-avoidance conflict :
-                    Konflik mendekat-mendekat
Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama diinginkannya. Misalnya, ada suatu acara seminar sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat sama juga ada film sangat menarik untuk ditonton.
-                    Konflik mendekat-menjauh
Terjadi ketika individu terjerat dalam situasi di mana ia tertarik sekaligus ingin menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus lebih sulit diselesaikan. Misalnya ketika pasangan berpikir tentang apakah akan segera memiliki anak atau tidak. Memiliki anak sangat diinginkan karena pasangan dapat belajar menjadi orang dewasa yang sungguh-sungguh bertanggungjawab atas makhluk kecil yang sepenuhnya tak berdaya. Di sisi lain, ada tuntutan finansial, waktu, kemungkinan kehadiran anak akan mengganggu relasi suami-istri, dan lain sebagainya.
-                    Konflik menjauh-menjauh
Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai. Misalnya seorang pelajar yang sangat malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai buruk, apalagi sampai tidak naik kelas.
d.                  Kecemasan

            Keadaan yang mendesak, yang menimbulkan stres pada individu. Misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan penyakit yang harus segera dioperasi.
3)                  Symptom reducing response stres
a.                  Respon terhadap response stres menyangkut defense mechanism
Menghilangkan stres mekanisme pertahanan, dan penanganan yang berfokus pada masalah. Menurut Lazarus (dalam Santrock, 2003 : 566) penanganan stres atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
-                      Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
-                      Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused coping)adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
b.                  Pendekatan problem solving (strategi coping yang spontan mengatasi stress)
Strategi penanganan stres dengan mendekat dan menghindar (Santrock, 2003: 567):
-                      Strategi mendekati (approach strategies)
Meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stres dan usaha untuk menghadapi penyebab stres tersebut dengan cara menghadapi penyebab stres tersebut atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung.
-                      Strategi menghindar (avoidance strategies)
Meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stress.

Referensi
dr. J.B Suharjo B. Cahyono, SpPD. 2008. Gaya Hidup & Penyakit Modern.Yogyakarta: Kanisius
Drs. Sunaryo, M.Kes. 2002. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC 
Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga
Gaspersz, Vincent. 2007. Team Oriented Problem Solving. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Wargito, Bimo. 1989. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andy Yogyakarta
Dr. Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, PT. Toko Gunung Agung, Jakarta, 1995

Tidak ada komentar:

Posting Komentar