1.
Definisi kepemimpinan
Menurut Wikipedia,
kepemimpinan adalah proses memengaruhi
atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Menurut Hampil dalam buku dasar-dasar public relation, kepemimpinan adalah
langkah pertama yang hasilna berupa pola interaksi kelompok yang konsisten dan
bertujuan menyelesaikan problem-problem
yang saling berkaitan.
Menurut Stogdill dalam buku dasar-dasar public relation, kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian
tujuan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu konsep manajemen dalam kehidupan
organisasi, yang mempunyai kedudukan strategis dan merupakan gejala sosial yang
selalu diperlukan dalam kehidupan sosial atau kehidupan kelompok.
2.
Teori-teori kepemimpinan
partisipatif
a.
Teori X
dan Y dari Douglas Mx. Gregon
Teori ini menganggap bahwa pada dasarnya semua orang mempunyai dua sikap
dasar, yaitu:
1)
Sikap
dasar yang dilandas oleh teori X
Teori X menganggap bahwa pada dasarnya
manusia memiliki rasa malas. Dalam hal ini bahwa manusia lebih senang diberikan
petunjuk-petunjuk praktis daripada diberikan kebebasan berpikir dan mengambil
keputusan. Manajer yang mendasari diri pada teori ini akan melakukan pengawasan
yang ketat dengan tidak memberikan kebebasan kepengawasan yang ketat dengan
tidak memberikan kebebasab kepada bawahan. Pekerjaan disusun dengan berdtruktur
secara rapid an teliti. Sedangkan pelaksanaan tinggal mengikuti
petunjuk-petunjuk pelaksanaan kerja tersebut tanpa kebebasan, kemudian
memberikan hukuman dan ganjaran.
2) Sikap dasar yang dilandasi oleh teori Y
Teori Y menganggap bahwa pada dasarnya
manusia senang bekerja untuk mencapai tujuannya. Pencerminan dari manajer yang
menerapkan teori Y ini berupa pemberian kelonggaran yang lebih besar kepada
bawahan untuk berinisiatif dan mengembangkan kreativitas guna selalu
meningkatkan efekyifitas pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu manajer
ini lebih bersifat terbuka, yaitu berusaha memberikan informasi-informasi yang
diperlukan untuk meningkatkan kegiatan kerja baik diminta maupun tidak diminta
oleh bawahan.
b. Teori sistem 4 dari rensis Likert
Sistem 1,otoritatif dan eksploitif: manajer
membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para
bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku
ditetapkan oleh manajer. Manajemen menggunakan rasa takut dan ancaman;
komunikasi atas ke bawah dengan kebanyakan keputusan diambil di atas, atasan
dan bawahan memiliki jarak yang jauh.
Sistem 2, otoritatif dan benevolent: manajer
tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk
memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. berbagai fleksibilitas
untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur-prosedur
yang telah ditetapkan. Manajemen menggunakan penghargaan;, informasi mengalir
ke atas dibatasi untuk manajemen apa yang ingin didengar dan keputusan
kebijakan sementara datang dari atas beberapa keputusan yang ditetapkan dapat
dilimpahkan ke tingkat yang lebih rendah, atasan mengharapkan kepatuhan bawahan
Sistem 3,konsultatif: manajer menetapkan
tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan
dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan-keputusan mereka sendiri
tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi
bawahan daripada ancaman hukuman. Manajemen menawarkan hadiah, kadang-kadang hukuman,
keputusan besar datang dari atas sementara ada beberapa yang lebih luas keterlibatan
dalam pengambilan keputusan dan komunikasi rincian ke bawah ke atas sementara
komunikasi penting hati-hati.
Sistem 4,partisipatif: adalah sistem yang
paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya
berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh
kelompok. Bila manajer secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan
setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk
memotivasi bawahan, manajer tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan
ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan
dan penting. Manajemen kelompok mendorong partisipasi dan keterlibatan dalam
menetapkan tujuan kinerja yang tinggi dengan beberapa penghargaan ekonomi;
komunikasi mengalir ke segala arah dan terbuka dan jujur dengan pengambilan
keputusan melalui proses kelompok dengan masing-masing kelompok terkait dengan
orang lain dengan orang-orang yang menjadi anggota lebih dari satu kelompok
yang disebut menghubungkan pin; dan bawahan dan atasan dekat. Hasilnya adalah
produktivitas yang tinggi dan lebih baik hubungan industrial.
c. Theory of leadership pattern choice dari Tamen
Keberhasilan menerapkan manajemen perubahan
antara lain sangat ditentukan oleh gaya yang diadopsi manajemen. Teori ini
berpendapat tingkat keberhasilan pengmbilan keputusan sangat ditentukan oleh
sejumlah gaya yang dianut dalam mengelola perubahan. Gaya/cara yang dimaksud
lebih menyangkut pengambilan keputusan dan implementasi. Seseorang dapat
melakoni gaya kepemimpinan dalam suatu horizon mulai dari yang sangat otokratik
hingga partisipatif.
Dengan demikian,
maka menurut teori ini tidak selalu komotmen dan partisipasi bawahan
diperlukan. Semua ini memerlukan analisis dan diagnosis mengenai kesiapan kedua
belah pihak, yaitu atasan dan bawahan, baik sikap mental, motivasi, maupun
kompetensinya.
Teori ini merupakan
hasil pemikiran dari Robert Tannenbaum dan Warren H. Schmidt. Tannenbaun dan
Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pemimpin
mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang
menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan
cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku
demokratis.
Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan
ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini
terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan
kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai
tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik
dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok.
3.
Modern Choice Approch to Participation (Vroom & Yetton)
Beberapa orang dalam hidupnya mengenal banyak
orang, tetapi hanya sedikit teman sejati. Teman sejati akan didapat dengan
ketulusan hati, kepribadian serta rasa tanggung jawab bukan dari kesempatan,
nasib baik ataupun dari potensi duniawi. Seorang berkepribadian ekstrover
mungkin mempunyai peluang untuk mengenal banyak orang karena mereka lebih
berorientasi ke dunia luar.
Dalam suatu pekerjaan terutama yang menuntut
team work/ kelompok kerja didalamnya harus saling sejalan, sependapat atau
mungkin juga satu karakter yang sama, walaupun dengan banyak ide yang berbeda
tetapi tetap satu. Disini pemimpin dalam team work itu harus cerdas dan cermat,
dalam pengambilan keputusan, membuat suasana salalu hidup dan bervariatif agar
bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Team work ini bisa kita temukan
dalam pekerjaan seperti, entertainment, peneliti, konsultan/pengacara dan yang
lainnya.
4.
Contigency theory of leadership dari Fiedler
Teori Fiedler mengasumsikan pemimpin yang
baik-tugas berorientasi atau hubungan-berorientasi tapi tidak keduanya.
Pemimpin berorientasi tugas adalah direktif, situasi struktur, mengatur tenggat
waktu dan membuat tugas. Pemimpin Hubungan berorientasi fokus pada orang-orang,
yang perhatian dan tidak sangat direktif. Untuk membagi pemimpin ke dalam
hubungan-berorientasi, atau tugas-berorientasi, Fiedler telah menciptakan
sebuah model tiga dimensi.
Dimensi yang paling penting adalah anggota
relasi Leader. Ini menggambarkan hubungan antara bawahan dan pimpinan. Dimensi
ini mencakup kepercayaan dan rasa hormat. Dimensi berikutnya adalah struktur
tugas, yang menggambarkan definisi pekerjaan. Jika itu standar dan dapat
diprediksi atau ambigu dan samar-samar. Dimensi terakhir adalah kekuatan
posisi, yang mengacu pada otoritas organisasi formal dari pemimpin.
5.
Path Goal Theory
Path goal theory leadership adalah sebuah
teori kepemimpinan yang dikembangkan oleh House dalam Robbibs dan Judge (2009)
yang menyatakan bahwa terdapat dua variable kontijensi yang menghubungkan
perilaku kepemimpinnan dengan hasil berupa kepuasan kerja dan kinerja yaitu variable-variabel
dalam lingkungan yang berbeda di luar kendali karyawan.
Contoh: struktur tugas, sistem otoritas
formal dan kelompok kerja.
Serta variable-variabel yang merupakan bagian
dari karakteristik personal keryawan.
Contoh: pengalaman dan kemampuan yang
dimiliki.
Daftar Pustaka
Auflage. (2004). http://www.grin.com/
diakses 30 November 2013, pukul 13.55.
Siagian, Sondang, Prof. Dr. MPA.(1988). Teori
dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Citra.
Sihotang. A. Drs. M.B.A. (2006).Menejemen
Sumber Daya Manusia .Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Maria, Sr. (2002). Dasar-dasar public relation,
Jakarta: PT Grasindo.
Wiroputro, Sugiyanto. (2008). Dasar-dasar manajemen kristiani. Cet 5.
Jakarta: Gunung Mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar