Jumat, 29 November 2013

Teori-teori Leadership (kepemimpinan)

1.             Definisi kepemimpinan
Menurut Wikipedia, kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Menurut Hampil dalam buku dasar-dasar public relation, kepemimpinan adalah langkah pertama yang hasilna berupa pola interaksi kelompok yang konsisten dan bertujuan menyelesaikan problem-problem yang saling berkaitan.
Menurut Stogdill dalam buku dasar-dasar public relation, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu konsep manajemen dalam kehidupan organisasi, yang mempunyai kedudukan strategis dan merupakan gejala sosial yang selalu diperlukan dalam kehidupan sosial atau kehidupan kelompok.
2.             Teori-teori kepemimpinan partisipatif
a.    Teori X dan Y dari Douglas Mx. Gregon
Teori ini menganggap bahwa pada dasarnya semua orang mempunyai dua sikap dasar, yaitu:
1)   Sikap dasar yang dilandas oleh teori X
Teori X menganggap bahwa pada dasarnya manusia memiliki rasa malas. Dalam hal ini bahwa manusia lebih senang diberikan petunjuk-petunjuk praktis daripada diberikan kebebasan berpikir dan mengambil keputusan. Manajer yang mendasari diri pada teori ini akan melakukan pengawasan yang ketat dengan tidak memberikan kebebasan kepengawasan yang ketat dengan tidak memberikan kebebasab kepada bawahan. Pekerjaan disusun dengan berdtruktur secara rapid an teliti. Sedangkan pelaksanaan tinggal mengikuti petunjuk-petunjuk pelaksanaan kerja tersebut tanpa kebebasan, kemudian memberikan hukuman dan ganjaran.
2)   Sikap dasar yang dilandasi oleh teori Y
Teori Y menganggap bahwa pada dasarnya manusia senang bekerja untuk mencapai tujuannya. Pencerminan dari manajer yang menerapkan teori Y ini berupa pemberian kelonggaran yang lebih besar kepada bawahan untuk berinisiatif dan mengembangkan kreativitas guna selalu meningkatkan efekyifitas pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu manajer ini lebih bersifat terbuka, yaitu berusaha memberikan informasi-informasi yang diperlukan untuk meningkatkan kegiatan kerja baik diminta maupun tidak diminta oleh bawahan.
b.    Teori sistem 4 dari rensis Likert
Sistem 1,otoritatif dan eksploitif: manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku ditetapkan oleh manajer. Manajemen menggunakan rasa takut dan ancaman; komunikasi atas ke bawah dengan kebanyakan keputusan diambil di atas, atasan dan bawahan memiliki jarak yang jauh.
Sistem 2, otoritatif dan benevolent: manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan. Manajemen menggunakan penghargaan;, informasi mengalir ke atas dibatasi untuk manajemen apa yang ingin didengar dan keputusan kebijakan sementara datang dari atas beberapa keputusan yang ditetapkan dapat dilimpahkan ke tingkat yang lebih rendah, atasan mengharapkan kepatuhan bawahan
Sistem 3,konsultatif: manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan-keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman. Manajemen menawarkan hadiah, kadang-kadang hukuman, keputusan besar datang dari atas sementara ada beberapa yang lebih luas keterlibatan dalam pengambilan keputusan dan komunikasi rincian ke bawah ke atas sementara komunikasi penting hati-hati.
Sistem 4,partisipatif: adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila manajer secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, manajer tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting. Manajemen kelompok mendorong partisipasi dan keterlibatan dalam menetapkan tujuan kinerja yang tinggi dengan beberapa penghargaan ekonomi; komunikasi mengalir ke segala arah dan terbuka dan jujur dengan pengambilan keputusan melalui proses kelompok dengan masing-masing kelompok terkait dengan orang lain dengan orang-orang yang menjadi anggota lebih dari satu kelompok yang disebut menghubungkan pin; dan bawahan dan atasan dekat. Hasilnya adalah produktivitas yang tinggi dan lebih baik hubungan industrial.
c.    Theory of leadership pattern choice dari Tamen
Keberhasilan menerapkan manajemen perubahan antara lain sangat ditentukan oleh gaya yang diadopsi manajemen. Teori ini berpendapat tingkat keberhasilan pengmbilan keputusan sangat ditentukan oleh sejumlah gaya yang dianut dalam mengelola perubahan. Gaya/cara yang dimaksud lebih menyangkut pengambilan keputusan dan implementasi. Seseorang dapat melakoni gaya kepemimpinan dalam suatu horizon mulai dari yang sangat otokratik hingga partisipatif.
Dengan demikian, maka menurut teori ini tidak selalu komotmen dan partisipasi bawahan diperlukan. Semua ini memerlukan analisis dan diagnosis mengenai kesiapan kedua belah pihak, yaitu atasan dan bawahan, baik sikap mental, motivasi, maupun kompetensinya.
Teori ini merupakan hasil pemikiran dari Robert Tannenbaum dan Warren H. Schmidt. Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.
Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok.
3.             Modern Choice Approch to Participation (Vroom &  Yetton)
Beberapa orang dalam hidupnya mengenal banyak orang, tetapi hanya sedikit teman sejati. Teman sejati akan didapat dengan ketulusan hati, kepribadian serta rasa tanggung jawab bukan dari kesempatan, nasib baik ataupun dari potensi duniawi. Seorang  berkepribadian ekstrover mungkin mempunyai peluang untuk mengenal banyak orang karena mereka lebih berorientasi ke dunia luar.
Dalam suatu pekerjaan terutama yang menuntut team work/ kelompok kerja didalamnya harus saling sejalan, sependapat atau mungkin juga satu karakter yang sama, walaupun dengan banyak ide yang berbeda tetapi tetap satu. Disini pemimpin dalam team work itu harus cerdas dan cermat, dalam pengambilan keputusan, membuat suasana salalu hidup dan bervariatif agar bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Team work ini bisa kita temukan dalam pekerjaan seperti, entertainment, peneliti, konsultan/pengacara dan yang lainnya.
4.             Contigency theory of leadership dari Fiedler
Teori Fiedler mengasumsikan pemimpin yang baik-tugas berorientasi atau hubungan-berorientasi tapi tidak keduanya. Pemimpin berorientasi tugas adalah direktif, situasi struktur, mengatur tenggat waktu dan membuat tugas. Pemimpin Hubungan berorientasi fokus pada orang-orang, yang perhatian dan tidak sangat direktif. Untuk membagi pemimpin ke dalam hubungan-berorientasi, atau tugas-berorientasi, Fiedler telah menciptakan sebuah model tiga dimensi.
Dimensi yang paling penting adalah anggota relasi Leader. Ini menggambarkan hubungan antara bawahan dan pimpinan. Dimensi ini mencakup kepercayaan dan rasa hormat. Dimensi berikutnya adalah struktur tugas, yang menggambarkan definisi pekerjaan. Jika itu standar dan dapat diprediksi atau ambigu dan samar-samar. Dimensi terakhir adalah kekuatan posisi, yang mengacu pada otoritas organisasi formal dari pemimpin.
5.             Path Goal Theory
Path goal theory leadership adalah sebuah teori kepemimpinan yang dikembangkan oleh House dalam Robbibs dan Judge (2009) yang menyatakan bahwa terdapat dua variable kontijensi yang menghubungkan perilaku kepemimpinnan dengan hasil berupa kepuasan kerja dan kinerja yaitu variable-variabel dalam lingkungan yang berbeda di luar kendali karyawan.
Contoh: struktur tugas, sistem otoritas formal dan kelompok kerja.
Serta variable-variabel yang merupakan bagian dari karakteristik personal keryawan.
Contoh: pengalaman dan kemampuan yang dimiliki.

Daftar Pustaka
Auflage. (2004). http://www.grin.com/ diakses 30 November 2013, pukul 13.55.
Siagian, Sondang, Prof. Dr. MPA.(1988). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Citra.
Sihotang. A. Drs. M.B.A. (2006).Menejemen Sumber Daya Manusia .Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Maria, Sr. (2002). Dasar-dasar public relation, Jakarta: PT Grasindo.

Wiroputro, Sugiyanto. (2008). Dasar-dasar manajemen kristiani. Cet 5. Jakarta: Gunung Mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar