Menurut Ivey
& Simek-Downing (1980) dalam konseling dan psikoterapi, mengemukakan bahwa
psikoterapi adalah proses jangka panjang, berhubungan dengan upaya merekonstruksi
seseorang dan perubahan yang lebih besar pada stuktur kepribadian. Sedangkan
konseling dikemukakkan oleh mereka sebagai proses yang lebih intensif berhubungan
dengan upaya membantu orang normal mencapai tujuannya dan agar berfungsi lebih
efektif.
Menurut
Stefflre dan Grant (1972) mengemukakan ada beberapa hal yang bisa dipakai sebagai
usaha untuk memahami berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan khusus
keduanya dan untuk bisa membedakan:
I.
Mengenai Tujuan
Konseling bertujuan membantu
seseorang dalam menghadapi tugas-tugas perkembangan agar bisa berlangsung lancar,
misalnya remaja yang dibantu dalam menghadapi maslah kebebasan yang dituntut
dari orangtua atau masalah pekerjaan yang sebaiknya diambil. Menurut Hahn &
MacLean (1955), mengemukakan mengenai tujuan konseling yakni upaya pencegahan
agar penyimpangan yang merusak dirinya tidak timbul sedangkan psikoterapi
terlebih dahulu menangani penyimpangan yang merusak dan baru kemudian menangani
usaha pencegahan nya.
Menurut Mowrer (1953), konseling
berhubungan dengan usaha mengatasi klien yang mengalami gangguan kecemasan
biasa, sedangkan psikoterapi berusaha menyembuhkan klien atau pasien yang
menderita neurosis-kecemasan.
Dilihat dari perbedaan diatas Stefflre
dan Grant (1972) menyimpilkan bahwa tujuan konseling agak lebih terbatas, lebih
melibatkan diri dengan mempengaruhi perkembangan seseorang agar bisa berfungsi
secara tepat sesuai dengan perannya. Sebaliknya pada psikoterapi tujuannya
lebih sentral, tidak hanya memperhatikan saat sekarang, melainkan yang akan
datang, jadi usaha untuk mengubah struktur kepribadian yang mendasar.
II.
Mengenai klien, konselor dan penyelenggaranya
Telah banyak usaha dilakukan untuk
membedakan konseling dengan psikoterapi dari sudut kliemnya itu sendiri. Secara
tradisional mudah membedakan keduanya, karena pada konseling, konselor
menghadapi klien yang normal, sebaliknya pada psikoterapi menghadapi klien yang
mengalami neurosis atau psikosis.
III.
Mengenai Metode
Konseling ditandai oleh jangka waktu
yang lebih singkat, lebih sedikit waktu pertemuannya, lebih banyak melakukan
evaluasi psikologis, lebih memperhatikan masalah sehari-hari klien, lebih
memfokuskan pada aktifitas kesadaran, lebih memberikan nasihat, lebih
menekankan pada situasi yang riil, lebih konitif dan berkurang intensitas
emosi, lebih menjelaskan atau menerangkan dan lebih sedikit kekaburan.
Perbendaan konseling dan psikoterapi
disimpulkan oleh Pallone (1977) dan
Patterson (1973) yang dikutip oleh Thompson & Rudolph (1983) sebagai
berikut:
Konseling
untuk:
|
Psikoterapi untuk:
|
|
1.Klien
|
1)Pasien
|
|
2.Gangguan yang kurang serius
|
2)Gangguan
yang serius
|
|
3.Masalah: jabatan, pendidikan
|
3)Masalah
kepribadian dan pengambilan keputusan
|
|
4.Berhubungan dengan pencegahan
|
4)Berhubungan
dengan penyembuhan
|
|
5.Lingkungan pendidikan dan nonmedis
|
5) Lingkungan
medis
|
|
6.Berhubungan dengan kesadaran
|
6)Berhubungan
dengan ketidaksadaran
|
|
7.Metode pendidikan
|
7) Metode
penyembuhan
|
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, Singgih. D. (2011). Konseling dan psikoterapi. Cet 3. Jakarta: Libri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar