Awas! “Internet Addiction Disorder” Mengintai
Anda
Teknologi
internet memang suatu hal yang mengasyikkan. Hampir sebagian besar orang
mungkin tak terlepas dari kecanduan untuk berkegiatan di dunia virtual ini,
termasuk mengecek email, mengupdate status di jejaring sosial,browsing dan sebagainnya.
Namun hal ini akan berdampak buruk bagi kesehatan jiwa apabila penggunaan
internet ini sudah menjadi sebuah kebiasaan yang tidak wajar yang dikenal
dengan istilah Internet Addiction Disorder (IAD) .
IAD merupakan gejala kecanduan
dimana seseorang memiliki kecenderungan berulang-ulang pada kegiatan
pemanfaatan teknologi internet. Orzack (1999) dikutip dalam Mukodim (2004)
mendefinisikan IAD sebagai kelainan yang muncul pada orang yang merasa bahwa
dunia maya (virtual reality)
pada layer komputernya lebih menarik daripada dunia kenyataannya sehari-hari.
Penggunaan internet yang berlebih
ini bisa mengganggu kehidupan sosial, pekerjaan, dan tugas lainnya. Gangguan
ini memang masih belum masuk dalam kategori DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders ) IV namun telah diakui sebagai
gangguan oleh American Psychological
Association. Beberapa dampak yang terlihat akibat IAD yaitu
kecenderungan seseorang untuk lebih memilih bertemu secara online ketimbang pertemuan fisik dan lambat laun
hal ini bisa berdampak pada gangguan secara sosial. Beberapa gejala lain yang
menyertai adalah kurang tidur, letih, penurunan performa kerja dan apatis.
Kimberley S. Young dari Universitas
Pittsburg melakukan penelitian terhadap internet addiction sebagai gangguan klinis emergensi yang
baru. Young menyatakan bahwa sebagian besar kelompok yang tergantung pada
penggunaan internet lebih banyak menghabiskan waktunya melalui fasilitas chat room dan
hanya dua persen yang menggunakan fasilitas pencarian informasi melalui
internet. Penelitiannya juga menunjukkan adanya dampak IAD terhadap akademis,
relasi, keuangan, pekerjaan dan kondisi fisik tubuh.
Beberapa
pedoman diagnosis adanya IAD adalah pasien harus memenuhi semua kriteria A dan
minimal satu dari kriteria B. Kriteria A adalah (1) memiliki preokupasi
(kecenderungan berulang) berlebih terhadap penggunaan internet (selalu berpikir
pada penggunaan internet yang sebelum dan yang akan dilakukan selanjutnya); (2)
membutuhkan waktu yang sangat lama untuk merasa kepuasan dalam memanfaatkan
internet; (3) tidak mampu untuk menghentikan keinginan penggunaan internet; (4)
biasanya disertai kurang istirahat, moody, dan depresi;
(5) bertahan online lebih lama dari waktu yang diniatkan.
Sedangkan yang termasuk kriteria B yaitu (1) beresiko kehilangan relasi,
pekerjaan dan pendidikan akibat penggunaan internet yang berlebih; (2)
berbohong kepada anggota keluarga, terapis agar bisa melibatkan diri lagi untuk
menggunakan internet: (3) menggunakan internet untuk melampiaskan perasaan
seperti cemas, depresi, dan rasa bersalah.
Penderita
IAD ini bisa diterapi dengan obat-obatan seperti anti depresan atau anti cemas.
Selain itu bisa bergabung dalam grup pemulihan kecanduan, serta adanya
intervensi psikologis salah satunya adalah terapi sosial, dan
terapi keluarga. Bagi kelompok yang beresiko terjadinya IAD, sebaiknya mampu
memilah penggunaan internet sesuai dengan kebutuhan dan tetap melakukan
aktivitas sosial diluar aktivitas virtual.
Sumber
Mukodim
D. dkk. 2004. Peranan Kesepian dan
Kecenderungan Internet Addiction Disorder (IAD) terhadap Prestasi Belajar
Mahasiswa Universitas Gunadarma.Proceeding Komputer dan Sistem
Intelijen (KOMMIT 2004).
Young.
K. S. Internet Addiction: The Emergence of A New Clinical Dissorder. Cyber Psychology and Behavior, Vol. 1 No. 3., pages
237-244.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar